Selesai sesi pijat memijat akhirnya Gyan bisa aku geret turun menikmati sarapan di hotel yang terlarang untuk di lewatkan ini. Aku penasaran dengan varian jamunya yang selalu tersedia di jam sarapan.
Aku memang peminum jamu – jamuan. Dari aku remaja, mama sudah ngajarin aku untuk konsumsi jamu yang umum – umum aja kayak beras kencur, kunyit asam. Katanya sih bagus untuk kecantikan.
Tapi kan gue udah canteeeek. Ealaah jumawa.
"Mas mau makan apa?" Tanyaku ke Gyan. Dia memindai seisi ruang sarapan sambil tangannya terulur di sandaran kursiku. "Gampanglah nanti aku ambil sendiri. Kamu ambil aja dulu, dari tadi udah ribut laper." Jawabnya sambil dia menyesap kopinya.
Aku memindai seisi ruangan dan pandanganku jatuh ke stand jamu – jamu itu. "Aku mau cobain jamunya." Jawabku dan Gyan mengusap sekilas belakang kepalaku "Makan dulu. Perutnya di isi dulu." Jawbanya singkat. Aku menoleh dan ternyata dia lagi sibuk membalas chat dari anak kantor.
"Gak bisa di kasih break dulu banget ya kamunya?" Tanyaku dan Gyan menghela nafasnya berat "Maaf. Ini aku jawabin dulu sebentar ya? Habis ini aku bilang, hp kerja nyala hanya dua hari sekali. selebihnya handle aja dulu. Kalau gak urgent ya gak usah kontak nomor pribadi. Ini ada klien juga nanya langsung ke aku soalnya."
Yah aku bisa apa? Aku cuti langsung ada backup kan? kalau Gyan sebagai business owner, ya mana ada cuti? Kelihatannya aja bebas ngatur jam kerja. Yang sebenarnya jam kerja jadi gak beraturan karena dia dimana aja harus kerja. Karena ini hidup dan mati bisnisnya, yang notabene bakalan berimbas ke aku juga.
"Maaf.." Lirihnya sambil meletakan hpnya. "Ya enggak apa – apa. Cuman aku takut kamu tuh sakit. Kerja keras bagai kuda.." Jawabku dan Gyan malah ketawa. "Bahasamu.." Cuman itu responnya sambil dia akhirnya benar – benar masukin hp ke saku celananya.
"Eh ada gudeg." Matanya langsung berbinar – binar kayak bocah. "Kamu mau mukbang gudeg apa gimana? Dari kemarin ngincer gudeg terus?" Tanyaku dan dia ketawa doang.
"Gudeg itu kesukaan almarhum papa. Dulu kami juga ada hotel di Jogja. Gak sebesar hotel ini. Hanya kayak guest house yang terpelihara baik aja. Bisnis hotel pertama papa yang jadi. His first born lah." Gyan terkekeh tapi tatapannya mengundang rindu. "Sekarang sudah di jual. Masih ke keluarga juga tapi beda eyang buyut gitu lah, tauk, ribet. Intinya udah di jual dan kami gak gitu kenal dekat juga dengan pembelinya. Itu om Akhdan semua yang atur di jual kemana, kami cuman terima uangnya aja.,
Dulu jaman kecil, aku sama mama sering di bawa ke Jogja. Papa selalu rewel minta makan gudeg di berbagai tempat, gak cuman Yuk Jum yang terkenal, sampai di gang – gang nyempil pun papa tahu. Kami sampai eneg rasanya makan gudeg tiap hari. Tapi, karena papa happy, ya kami juga happy." Gyan tersenyum sambil tangannya merangkulku. Aku merasakan usapan lembut di lenganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
عاطفيةWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...