Tanganku merayap – rayap mencari keberadaan hp yang sudah berbunyi heboh di jam 4.15. Belakangan aku memang bangun jam 4.15 pagi, untuk ngecek dapur dulu, ada bahan makanan apa buat Gyan sarapan.
Sebenarnya Gyan juga kalau selesai sholat malam di jam 3an, suka gak tidur lagi sampai subuh menjelang. Tapi kalau hari kerja biasanya dia tidur lagi dan bangun lagi setengah lima-an.
Jadi, seringnya ya aku bangun sendirian untuk turun ke dapur. Pernah satu kali Gyan mendapati aku menghilang dan dia malah turun ikut nemenin aku masak. Alhasil aku usir-usir dia, dari pada ketahuan Mama. Karena Mama juga selalu sudah siap perang di dapur di jam setengah limaan.
Aku jelas harus lebih pagi, karena aku masih ada tanggungan siap-siap ke kantor.
"Yaang..." Suara serak Gyan terasa di tengkukku karena dia lagi memelukku dari belakang. "Mau, kemana sih?" Tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur. Gyan lagi bolos tahajud berarti.
Sementara aku yang di tiban badannya yang kekar ini jelas susah bergerak. Gini-gini Gyan berat juga ya. "Mau matiin alarm." Jawabku juga dengan suara yang malas-malasan karena jujur aja, masih mager. Tapi kalau aku gak segera meluncur ke dapur, nanti gak sempat buatin proper breakfast buat Gyan. Kalaupun sempat siapin proper breakfast buat Gyan? Ya aku yang gak sempat siap-siap yang proper ke kantor.
"Matiin alarmnya and stay...." Bisiknya serak, sambil wajahnya di benamkan di ceruk leherku "Aku masih pingin begini dulu." Bisiknya dan aku ketawa karena hembusan nafas Gya geli banget di leherku.
"I need to prepare your breakfast, Mas. Nanti gak keburu aku siapinnya." Jawabku dan Gyan malah semakin jadiin aku guling, dengan naikin sebelah kakinya ke atas pahaku. Aku benar-benar dia kekepin.
Aku berhasil meraih hp dan menggeser panel agar alarm mati. Memang sejak Gyan dan aku menikah, lalu kami tinggal di rumah orang tuaku, kami harus jalan ke kantor lebih cepat. Karena sebenarnya Gyan itu gak searah sama aku berangkatnya. Tapi Gyan bersikukuh harus antar aku dulu. Dan posisi rumah agak jauh dari kantorku.
Kemarin aku berangkat sendiri karena Gyan antar papa cek lab dulu di RSPAD. Alhamdulillah, hanya asam uratnya aja, sisanya bagus. Aku akuin, Mama hebat menjaga menu makan papa. Kalau asam urat papa, memang bawaan genetik kata dokternya.
Jadi, aku gak ada alasan waktu Mama berkata di dapur 'Tuh lihat sendiri kan? Suami kalau kita tangani sendiri, ya terawat. Makanya mama tuh cerewet sama kamu. Tuh, Papamu buktinya.'
Yah benar sih, Mama berhasil membuktikan keberhasilannya. Cuman masalahnya, standard 'merawat' Mama ketinggian. Tapi aku harus penuhin, karena kalau enggak, aku di ceramahin setiap hari dan aku stress.
Kemarin Gyan akhirnya harus relain aku bangun jam segini dan ngacir ke dapur bikin telur ceplok kuah kecap, karena malamnya terlanjur gak boleh siapin nasi uduk sama Gyan. Aku khawatir Gyan gak sempat makan sampai siang, karena dia pasti gak akan mau ninggalin papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
RomanceWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...