WARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY!
Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa?
Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world.
Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.................... sambungan Part sebelumnya ya
"Satu tahun ini, jangan lupa, banyak yang patut kita syukuri juga kan Sayang? Kalau kamu tanya yang mana? Ya banyak, yang mungkin kita selalu lupa untuk kita syukuri. Seperti, kita yang masih saling sayang kayak begini, kita yang alhamdulillah sehat, pekerjaan lancar, finansial alhamdulillah banyak peningkatan.,
Dan yang paling aku rasakan." Gue memeluk Ola lebih erat lagi dan mengecup bibirnya lembut "Kita yang justru semakin kuat, di saat orang – orang berusaha bikin kita jadi goyah. Itu yang paling aku syukuri dari pernikahan kita. Disaat mereka semakin kuat mengganggu kita, kitanya juga semakin kuat bertahan dan ngasih bukti, kalau kita gak akan kalah sama mereka."
Ola menunduk dan jemarinya memainkan deretan kancing gue. Dia melirik gue dengan tatapan memelas yang bisa-bisa bikin gue milih batalin meeting sama perwakilan pemda Bali hari ini, demi ngeladenin si tatapan memelas di depan gue ini.
Ola jahat banget.
"Tolong..." Lirih gue dan Ola masih memasang wajah yang sama "Jangan kasih aku tatapan kayak gitu. Jangan bikin kekuatan imanku untuk berangkat meeting jadi gonjang-ganjing, di lihatin kamu kayak gitu, pakai daster jahat begini. Bisa-bisa aku pasrah kamu dorong lagi ke kasur."
"Night dress... tolong. Night dress, ini harganya empat ratus ribu, itu lagi diskon. Dan kamu bilang daster." Protesnya dan gue ketawa doang. Buat gue mah daster juga, kan di pakai bobo sambil godain suami. Tapi emang sih, kalau daster kan yang kayak suka di pakai Mama ya? Ini daster juga, tapi daster jahat. Suka bikin suami pusing.
"Apapun namanya, Sayang. Yang jelas, kamu udah bikin keteguhan niatku buat meeting sekarang dalam bahaya. Aku gak bisa copot nih nempel gini sama kamu. Kita kayak di lakban bersama." Gue ngomong gitu, tapi sambil gue malah jadi ndusel-ndusel gak jelas. Ola ketawa cekikikan sambil dia menepuk-nepuk pundak gue supaya gue mundur dan udahan.
Gue akhirnya udahan menggoda si eneng istri dan akan kita sambung lagi sore nanti. Gue berjalan ke meja makan minimalis ini dan duduk di salah satu kursinya. Ola duduk disamping gue dengan menyilangkan kaki. Emang dasar niat godain suami.
Ternyata dia masih lanjutin kenakalannya.
"Hukuman gak ikut cutinya berat banget sih, Yang?" Protes gue sambil menyuap scrambled egg dan Ola ketawa. Dia nuangin air putih ke gelas gue sambil melirik "Siapa yang hukum kamu? Aku kan memang cuti, jadi buat apa aku dress up pagi – pagi? Lagian pagi ini gerah, pingin pakai yang tipis-tipis." Jawabnya dan gue hanya ketawa pelan. Iya deh Yang... iyaaa.
"Hmm... iya. Gak ngehukum deh. Tapi biasanya kan habis mandi pagi, kamu pakai baju rumah biasa. Gak pakai baju dinas begini." Jawab gue sewot karena gue mulai gelisah ini duduknya. Ola cuman mesem penuh kemenangan sambil melirik.
