Sebenarnya, masih ada lanjutannya. Tapi aku udah pegel hahahaha. Besok yaaaa. Segini dulu. Belum pada capek kan baca part boros begini? :D Masih jauh dari kelar loh ini, Jauuh banget tepatnya.
**********
Perjalanan pulang memang gak se wisata pas berangkat. Mobil terus melaju membelah jalanan dengan kecepatan yang cukup tinggi, walau enggak ngebut juga.
Entah sudah berapa jam perjalanan, yang jelas Gyan kayaknya memang memilih untuk kami sebanyak mungkin menghabiskan kilometer supaya cepat sampai Jakarta lagi. Sebisa mungkin kami sampai ke area Jaw Tengah dalam waktu satu hari. Kami cuman berhenti di waktu makan dan sholat aja tadi, sama kalau ada yang mau buang air kecil.
Aku sebenarnya khawatir Gyan kelelahan, tapi Gyan dari tadi menunjukan ekspresi kalau dia baik – baik aja. Cuman memang kami gak banyak ngobrol, karena Gyan konsentrasi penuh menyetir. Dan aku juga berusaha untuk gak banyak tingkah, biar gak ganggu Gyan nyetir.
Ola adalah penumpang yang tertib.
Padahal Ola ngantuk terus bawaannya dari mulai perjalanan pulang.
"Sayang." Panggil Gyan dan aku menggumam sambil sedikit membuka mata. Mataku rasanya kayak dilem dari tadi. Bawaanya pingin merem terus. Aku memilih sedikit merebahkan sandaran kursi dan meringkuk sambil membungkus badanku dengan selimut tipis yang memang ku bawa. Gak lupa memeluk guling bayi, yang menjadi sahabat karibku di perjalanan ini. "Kamu beneran gak ada mau beli apa? Mampir mana? Atau ada yang mau dilihat?" Tanyanya dan aku menggeleng.
"Kan kita tiap kota udah beli oleh – oleh dan minta tokonya paketin ke rumah Mas. Kata mama udah jangan beli lagi, karena rumah udah kayak toko oleh – oleh katanya. Gendis juga udah ambil yang buat mama kamu dan orang – orang rumah kemarin." Gumamku malas. Di luar gerimis, lagu mengalun pelan aku jadi semakin ngantuk.
Dari pagi aku ngantukan banget. Gyan juga alhamdulillah, bukan tipe pengemudi yang protesan kalau di tinggal tidur waktu dia nyetir. Ada suami temanku, baperan amat kalau nyetir dan istrinya tidur. Katanya berasa di perlakukan kayak supir. Lah kan yang memang duduk di balik kemudi disebutnya supir? Biar kaya artis ibu kota sekalipun? Untung deh Gyan gak begitu.
Dari tadi lihat aku merem ya dia woles aja, paling cuma minta audio jangan disuruh matiin, supaya dia gak bengong nyetirnya.
"Siapa tahu ada yang belum kamu lihat? Kita bisa mampir. Kalau memang enggak ada, aku hajar aja ya? Paling nggak separo perjalanan. Kamu kuat gak?" Gyang mengulurkan tangannya ingin mengusap kepalaku dan ketika telapak tangannya merambat ke kening ingin mengusap kepalaku, dia terjenggit kaget. "Astagfirullah aladzim. Sayang! Kamu demam? Kok diam aja dari tadi?" Gyan kelihatan panik dan bingung harus gimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
Roman d'amourWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...