**************
'Saya terima nikah dan kawinnya Viola Kirana Salsabila Binti Nirwan Rudiansyah dengan mas kawinnya yang tersebut.. tunai..'
"saah..."
"Alhamdulillahirabil alamin..." Setelah kata sah di gaungkan oleh sang penghuku, serempak semua mengumandangkan hamdallah bagai paduan suara yang terdengar merdu banget di telingaku. Gak ada yang tepuk tangan karena memang ini bukan pertunjukan bola.
Ini bahkan pertunjukan yang lebih seru dari pada pertandingan bola. Ini adalah penyatuan dua manusia, di bawah janji suci yang di ucapkan atas nama Allah SWT. Ini pertandaingan melawan diri sendiri, dengan panjang permainan seumur hidup. Melawan diri sendiri dari segala ingkar janji, godaan dan kejenuhan yang mungkin akan datang menghantui. Pertandingan melawan segala ujian dan cobaan yang bakalan datang menghadang kami di kedepan nanti.
Jadi memang harusnya mengucap hamdallah bukannya tepuk tangan apalagi suwit - suwit. Hamdallah karena ada dua lagi anak manusia yang berani menempuh kehidupan yang mulia ini.
Pernikahan.
Penyatuan yang halal, yang Insha Allah akan penuh dengan ibadah dan pahala. Kalau kami berhasil menjalaninya dengan baik.
Aku masih menunduk walau sambil senyum. Setitik air mata mulai menggenang, padahal sudah aku tahan setengah mati untuk gak nangis lagi. Terharu banget rasanya aku dan Gyan akhirnya berada di titik ini. Kemarin - kemarin rasanya nyaris gak bisa melihat hari ini bakalan terjadi. Setidaknya dari sisiku.
Jalannya terlalu terjal banget untuk bisa sampai kesini. Aku bahkan sudah nyaris memadamkan harapan untuk menikah, apalagi sama Gyan.
Pernikahan yang kami harapkan akan jadi pelabuhan akhir hubungan kami. Padahal, ini justru awalnya bukan akhirnya.
Rasanya masih takjub melihat pagi ini wajahku sudah di rias cantik lengkap dengan segala perlengkapannya. Memakai kebaya akad nikah yang selama ini hanya bisa ku bayang - bayang akan melekat di tubuhku.
Bahkan aku terharu banget waktu dua minggu lalu, berdua Gyan menjemput kebaya ini pulang. Waktu Gyan mendadak laper dan minta makan dulu. Dan aku ngomel karena parkiran panas, aku takut payet kebayaku meleleh kalau di tinggal di mobil dan kejemur.
Iya, drama. Namanya juga Ola. Gyan dengan sabarnya pulang dulu, taro kebaya, baru pergi makan lagi. Padahal itu payet mahal, swarovsky. Ya kali meleyot kepanasan di mobil?
Bahkan aku gak bisa menahan air mataku, waktu aku harus membacakan berbaris kalimat untuk papa. Kalimat dimana aku memohon izin dan restu, agar papa bersedia menikahkanku, dengan pria pilihanku. Gyan Nauval Ahmad.
Yang baru aja, fresh from tangan papa, jadi suamiku. Masih anget banget status kami. Deg - degannya aja masih berasa banget.
Aku melirik sekilas ke papa dan melempar senyum, walau papa gak membalas senyumanku, tapi mata papa memerah. Sehebat - hebatnya seorang perwira, dia tetaplah ayah untuk anak perempuannya. Pasti hatinya akan luluh lantak, melihat anak perempuan satu - satunya, di ambil orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
RomanceWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...