WARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY!
Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa?
Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world.
Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Runyam banget sih urusan rapat panitia ini. Ola jadi ngamuk sama gue, Mama jadi marah juga sama gue karena dia bingung apa yang terjadi sampai Ola terima sindiran sana dan sini.
Dan jujur aja, telinga gue sendiri juga panas banget dengarnya. Apa sih salahnya istri gue ini? Ola tuh gak pernah lho, ngebalas omongan pedas mereka satu kalipun. Ola memilih diam, saking hormatnya dia sama keluarga gue.
Dia lebih milih memendam sakit hati dan kekesalannya sendiri.
Jeleknya? Ya itu, sampai rumah jadi kami yang bertengkar atau saling mendiamkan. Andai gue gak usah kesini, pasti gue sama Ola gak bakalan perlu bertengkar.
"Makanya dari awal mas Gy sudah bilang. Mas Gy sama Ola gak usah ikutan kan? Malah jadi kayak begini. Gak kasihan apa sama mentalnya Ola tiap ketemu keluarga besar kita, selalu di sindirin. Salah dia tuh apa sih? Kalau pada iri lihat Ola punya karir, cantik, dapat suami ganteng masih muda? Ngomong aja." Sahut gue kesal sambil menyuap nasi dan lauk di piring.
Gue duduk agak mojok sama Mama dan Gendis. Sengaja biarin Ola sama Nana, supaya dia gak usah stress lagi dengar gue bahas ini. Jadi intinya Mama clueless, kenapa dia datang-datang semua kok seru banget sindir-sindir dan entah apa yang di sindir.
Gue jelasin semuanya, kalau dari datang Ola udah di selepet bude Hesti, terus pas ngobrol sama bundanya mas Andra dia di sindir lagi sama bude Tatik. Belum perkara gue gak jemput Mama.
Yang mana, perkara gue gak jemput Mama itu bukan maunya gue. Tapi maunya Mama. Alasannya ada Gendis. Dan sekarang jadi Ola yang di salahin. Padahal, Ola sama sekali gak ikut-ikutan memutuskan apapun soal formasi keberangkatan hari ini.
"Kamu juga. Perkara telepon gak diangkat aja pakai di ributin. Apa susahnya itu barang kamu tinggal dulu di mobil? Tinggal jalan masuk ke dalam, cari mas Gy. Jangankan box makanan, mobilmu mas Gy angkat ke dalam kalau kamu mau. Kamu kenapa ketularan bude-budemu itu sih? Nyinyir gak jelas. Kalau gak ngerti permasalahannya tuh diam. Main asal tuduh aja kamu ke mbak Ola. Bikin onar! Itu mobil Mas Gy kurang besar apa di carport? Bisa lihat kan kamu, kalau Mas Gy sudah sampai?" ketus gue gak kalah kesal sama Gendis yang sekarang jadi ketularan nyinyir.
"Kok mas Gy jadi ketus sama aku sih? Tuh, gitu tuh mas Gy sejak nikah. Gimana aku gak kecewa sama mbak Ola? Dulu aku bela-belain, sampai aku anter ke bandara biar gak salah paham lagi sama Mas Gy. Sekarang udah dapetin Mas Gy, mbak Ola malah bikin Mama nangis terus." Sahut Gendis yang bikin gue banting sendok ke piring.
"Gyan." Tegur Mama tertahan dan gue menengok ke Mama "Kamu ngomong jangan sembarangan. Kamu gak tahu apa yang harus mbak Ola terima dari bude-bude itu. Makanya mas Gy marah besar. Nanti kamu tahu rasanya gimana, Dis. Berdoa aja kamu, semoga suami kamu seperti mas Gy, yang mau belain harga diri kamu yang diinjek-injek. Jangan sampai kamu dapat suami yang gak perduli harga dirimu kemana. Kamu jadi Mbak Ola? Belum tentu kamu kuat. Bisa-bisa kamu minta cerai di awal pernikahan!" Desis gue yang sebenarnya sudah pingin teriak di muka Gendis.