tiger and dragon vs demon

292 33 19
                                    

"Sela! "Semua meneriaki sela dengan tetesan air mata membasahi wajah semua anggota dewan.

   Sela terbaring, "oh ya.... "Aku melihat tangan kananku yang patah.

"Siapa kau sebenarnya!"mare melotot melihatku.

"Heh kau pikir si....bufghhh"wajahku terkena tendagan yang sangat kuat membuat aku menghantam dinding.

"Ren yamamoto yang aku kenal tidak pernah akan menyakiti wanita"alex menaikan kakinya.

   Mare mengepalkan tangan kananya,"semua dengarkan,tetaplah percaya ren tidak akan pernah melakukan hal sekeji itu,yang kita lawan sekarang ini bukanlah ren itu sesuatu!"mare melotot melihatku.

"Aduh luka lagi"aku bediri sambil membunyikan leherku,"huh akan aku katakan satu hal pada kalian semua,ren yamamoto sudah mati dan yang sekarang hanyalah aku si iblis hitam!"aku tersenyum lebar.

"Woi kau lebih cocok rambutmu berwarna putih daripada hitam"mare menunjukku.

"Benar sekali,aku benci mengatakannya tapi kau terlihat keren berambut putih ubanan"alex dengan tatapan dingin.

"Huh teserahalah,kalau begitu ayo kita mulai"semua lukaku menutup namun tubuhku yang tadi bertato menghilang.

   Pegerakan yang sangat cepat yang tidaj dapat di lihat dengan telanjang mata, "bukkk"tendaganku mengenai perut mare, pukulan mare mengenai wajahku ,dan tendagan alex mengenai perutku.

"Bukkkk"pukulan secara bertubi-tubi mengenai seluruh tubuh kami.

   Mare dan alex dengan tubuh mengeluarkan banyak darah, sedangkan aku dengan tubuh mengeluarkan lebih banyak darah.

"Hahahahaha kalian terbaik, buat aku lebih terhibur"aku tersenyum mengerikan.

   Di tempat anggota dewan yang terluka ricka yang bersembunyi mengobati teman-temannya.

"Ricka san butuh bantuan"rin tersenyum melihat ricka.

"Bagaimana dengan mereka semua? "Ricka dengan tatapan tenang.

"Mereka baik-baik saja, semua penghuni gedung telah si evakuasi"rin tersenyum manis.

   Rin melihat ke arahku yang betarung dengan mare dan alex mati-matian, dengan tubuh dipenuhi luka.

   Yuki menangis sambil terpingsan, "tenanglah yuki, dia bukanlah ren"ricka mengelus kepala yuki.

"Tapi mengerikan sekali, mahluk apa yang di tubuh ren aku tidak menyangka semua di kalahkan seperti ini"rin gemetaran melihat kondisi teman-temannya yang babak belur.

"Benar sekali, aku harap mare dan alex dapat menghentikan dia"ricka melihat petarungan kami.

   Sela membuka matanya dan melihat ke tempat petarunganku, "semua biarkan aku betarung"sela berjalan linglung.

"Sela hentikan"ricka menidurkan sela.

"Tapi ricka san ren, dia..... "Sela memegang baju ricka sambil menangis.

"Aku tahu"ricka mengelus kepala sela.

"Bomshhh"bagunan hancur karena hantaman tubuhku.

"Huh... Huh... Huh... Kuatnya kau ren"mare dengan nafas terengah-engah.

"Dia benar sudah gila, tulangnya sudah banyak yang patah tapi kenapa makin kuat saja"alex membersihkan darah di wajahnya.

"Menarik sekali, buat aku lebih senang lagi"aku tersenyum lebar dan, "bomshhh"tubuhku di selimuti aura kegelapan dan tatto menjalar di seluruh tubuhku.

"Nampaknya aku akan serius..... Huf..... Wahhhhh"mare beteriak dengan tubuh makin membesar membuat tingginya menjadi 3 meter dengan kulit berwarna merah darah.

   Alex melotot dan kulitnya berubah menjadi ungu, dengan mata berwarna merah menyala.

"Hahaha akhirnya kalian mengeluarkan wujud itu, tapi jangan mati secepat mungkin ya"aku tersenyum lebar.

"Wushhhh"kami menghilang dari pandangan ricka dan rin, "bukkkk"pukulan mengenai wajah kami bertiga.

   Aku yang memukul wajah mare dan alex, sedangkan mare memukul dengan tangan kananya ke wajahku, dan alex memukulku dengan tangan kirinya ke perutku.

   Kami bertiga temundur aku belari mendekati mare dan, "grab"aku memegang kakinya dan, "bomshhhh"bantingan yang sangat kuat menghancurkan lantai.

    Alex memegang kepalaku dan, "bukkk"dengkulanya menghantam wajahku, "grab"alex mengunci leherku dengan kakinya.

"Bukkk-bukkk"alex memberikan hantaman pukulan yang sangat kuat berkali-kali di wajahku.

    Alex menahan kedua tangannya dan, "bukkkk"pukulan terakhir membuat lantai tempat aku bediri hancur.

    Alex melompat menjauh, "hahahahaha, ini dia baru namanya makanan pembuka kalian berdua seperti macan,dan maga saja"aku tersenyum dengan wajah bececeran darah.

   Mare bediri sambil membunyikan lehernya,"kau suka membanting orang bukan kalau begitu...."mare menghilang dari pandagan kami semua.

   Mare dengan mata merah menyala melotot melihatku di belakangnya,"grab"cengkraman tangannya mengenai leherku.

    Mare melompat sangat tinggi menghancurkan atap gedung ini,"tutup mulutmu atau lidahmu putus"mare melotot melihatku.

"Kanuragan teknik tubuh baja kecepatan kilat"mare mencoba mendaratkanku dengan kondisi leher masih di cengkram.

    Jatuhnya tubuh kami yang sangat cepat dan,"bomsh...bomsh...bomsh...bomsh...bonsh..."5 lantai hancur karena menghantam tubuhku.

   Aku dengan mulut terbuka dengan senyuman mengerikan,"kau seperti monster saja kawan"mare melihat kondisiku yang mengerikan.

   Aku di depan wajahnya, "memang benar pengkhianat"aku menyentuh wajah mare.

"Bukkkk"tendanggan atas mengenai dagu mare membuat di sampai di lantai paling atas.

   Mare terbaring dan bediri kembali, "puff"mare meludah darah.

   Aku melompat ke lantai atas, "kau juga alex, kalian hanya pengkhianat"aku menunjuk mare dan alex.

   Mare dan alex terkejut melihatku, "saat orang tuaku meninggal dimana kalian, apakah kalian sedang duduk menonton tv huh"aku melotot dengan senyuman mengerikan.

   Mare dan alex terkejut dan gemetaran "apa maksudmu?"mare mengepalkan tangan kananya.

"Hehehe kalian saat bertemu denganku bahkan tidak meminta maaf karena,tidak datang kepemakaman mereka"aku tersenyum lebar.

"Berisik sekali kau ubanan"alex kesal dengan air mata di wajahnya dan mengingat ayah ibuku.

"Huh....tangisan macam apa itu teman"aku menghina alex,"hehehe teman ya persetan kalian semua"aku melotot melihat mare dan alex.

"Bukkkk"kedua tendangaku mengenai mare dan alex.

   Mare dan alex menghantam dinding dan sulit untuk bediri,"yo kalian berdua makin melemah saja"aku tersenyum lebar.

"Bukkkk-bukkkk"pukulan bertubi-tubi mengenai seluruh tubuh mare dan alex yang bertahan.

    Mare dan alex terduduk dengan luka parah,"huh menyebalkan sekali"aku membersihkan darah di tubuhku dan wajahku.

"Kalau begitu tukang mengintip keluarlah"aku tersenyum melihat reruntuham batu.

   Ricka dan rin keluar dengan wajah penuh amarah,"kalau begitu waktuya giliran kalian"aku tersenyum lebar.

"Wushhh"aku begerak sangat cepat dan,"bukkk"tendagan mengenai wajahku.

"Oh ya kau sudah bangun nona"aku tersenyum senang melihat yuki dengan tatapan tenang dengan tatto di kedua tangannya.

Bersambung.

School Girl (The Symbol)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang