mahluk terkuat

209 22 11
                                    

   Di bandara nasional blue whale seluruh anggota dewan yang telah berkemas menuggu jadwal pesawat keberangkatan menuju Jepang.

"Sial masih dua jam lagi"selina melihat jadwal pesawat blue whale airport.

"Tunggu saja"ricka yang berada di samping selina menyondorkan cemilan coklat.

   Selina menarik nafasnya dan mengambilnya coklat itu dan memakannya.

   Erina yang berada di Tengah ran dan rin yang tertidur pulas.

"Sesak woi"erina menahan emosinya sambil mencoba mencengkram kepala rin dan ran yang tertidur.

"Kenapa juga mereka ikutan"selina dengan wajah malas melihat rin dan ran.

"Sebelum itu tolong singkirkan mereka"erina dengan penuh kekesalan, karena ran telah membasahi bajunya dengan air liurnya.

   Semua orang mulai memerhatikan seluruh anggota dewan.

   Mereka berbisik-bisik membicarakan semua anggota dewan yang nampak malas menuggu pesawat.

   Tak beberapa lama kemudian sela dan yuki datang sambil membawa sebuah brosur.

"Kalian semua ayo kita pergi dengan pesawatku"sela dengan penuh semangat tersenyum senang.

   Semua nampak binggung kecuali yuki yang tetap tenang melihat brosur.

"Pesawat, jangan-jangan queen bee ya"alice teringat dengan pesawat kuning sela yang biasa di gunakan untuk perjalan ke negara berbeda.

"Benar sekali dan pilot kita adalah! "Sela menunjukan seseorang di sampingnya.

   Laki-laki tua yang berpakaian seperti pelayan dengan senyuman senang di wajahnya.

"Tuan sebastian! "Semua terkejut melihat sebastian.

"Selamat pagi nyonya-nyonya sekalian "sebastian menghormati seluruh anggota dewan.

   Waktu berlalu di suatu tempat di Jepang, karena perbedaan waktu jam blue whale dan Jepang yang berbeda.

   Sekitar jam 8 malam di Jepang yang terlihat agak mendung.

   Rumah yang amat megah dengan desain adat kuno Jepang.

"Kakak emilia, dimana kakak ren?"elika binggung melihat emilia.

"Dia masih bersama kakek, mungkin belajar menerima 1000 pukulan bertubi-tubi "emilia teringat dengan kakeknya yang memukul ren sampai menghantam dinding.

   Terdengar suara koto di tempat ini yang menenangkan hati.

"Nenek main gitar lagi ya! "Elika melihat emilia.

"Itu bukan gitar namanya koto, alat musik petik jadi bagaimana menurut mu elika?!"emilia tersenyum kecil melihat elika.

"Bagaimana, entah kenapa rasanya sungguh... "Elika menyentuh dadanya.

   Emilia tersenyum kecil dan mengelus kepala elika, "ayo tidur sudah malam "emilia tersenyum sambil menidurkan emilia di futonnya.

   Di ruangan yang dipenuhi kaligrafi tulisan kanji Jepang memenuhi ruangan, dengan berbagai macam lukisan.

   Wanita yang anggung dengan rambut putih salju memainkan koto dengan penuh ketenangan.

   Suara petikan terakhir terdengar dari kotonya membuat emilia dan elika tertidur.

"Hehehe, tidurlah wahai cucuku "wanita itu tersenyum manis.

   Di ruangan dojo yang dipenuhi darah yang mengotori seluruh lantai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

School Girl (The Symbol)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang