[168] the man behind

411 133 1
                                    

Alice Tsoi, mematikan radio di mobilnya yang baru saja memberitahukan berita soalnya kaburnya pembunuh dari penjara super ketat yang letaknya tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Di akhir berita tersebut juga dihimbau agar para warga tidak berkeliaran di malam hari dan selalu mengunci pintu rumah.

"Ada-ada aja deh orang, udah dihukum bukannya jalanin hukuman. Malah kabur," ucap Alice yang kemudian mematikan membelokan mobilnya untuk masuk ke dalam garasi rumahnya.

Seperti biasa, karena jadwal pekerjaan yang sangat padat, Alice selalu pulang larut malam.

Hal itu membuatnya memilih untuk tinggal sendiri. Ia tak enak hati bilang terus tinggal di rumah dan selalu pulang larut. Takut penghuni rumah mengkhawatirkannya.

"Gilaaaa, capek! Capek!" ucap Alice sembari memasuki rumahnya. Tak langsung masuk ke kamar, ia memilih untuk duduk-duduk dulu di ruang tengah yang berdampingan dengan halaman belakang rumah.

Alice membuka ponselnya untuk memeriksa beberapa pemberitahuan yang sempat masuk ketika ia sedang mengendarai mobil tadi.

Ada email masuk yang membahas soal pekerjaan, chat dari orang tuanya yang menanyakan ia kapan pulang ke rumah, serta panggilan tak terjawab dari Arm, rekan kerjanya.

Alice memutuskan untuk langsung menghubungi Arm, takut ada hal penting yang ingin dibahas oleh laki-laki itu.

"Halo, Arm?" ucap Alice ketika sudah tersambung. Alice beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah jendela ruang tengahnya yang tanpa gorden tersebut. Ia memang sengaja tak memasang gorden, supaya ia bisa dengan mudah melihat pemandangan di halaman belakang rumahnya yang dipenuhi dengan bunga-bunga.

'Hujannya gede banget kayaknya tadi, sampe becek gitu...' ucap Alice dalam hati ketika melihat keadaan becek halaman belakang rumahnya.

"Lo kenapa nelpon? Sorry tadi hape gue di tas dan lagi di jalan. Jadi nggak sempet nerima telpon lo."
 
 
"..."
 
 
"Oh, iya iya. Gue udah siapin kok. Tadi udah gue kasih tahu ke si Tay. Nanti dia sama Off yang bakal ngurus."

"..."

"Iya, nggak apa-apa. Santai aja. Besok juga rencananya gue mau sekalian ke tempat Kim sama Nawat."

"..."

"Eh bentar, bentar...." ucap Alice ketika ia melihat sesuatu melalui jendela yang memisahkan antara bagian luar dan bagian dalam rumahnya tersebut.

Ada orang di depannya. Tepatnya di halaman belakang Alice.
 
 

"Kenapa, Lis?"
 
 

Alice tak menjawab pertanyaan Arm, ia justru terus menajamkan matanya. Terlebih ketika sosok tersebut terus menatap lurus ke arahnya.

'Shit!' batin Alice ketika sosok laki-laki yang kira-kira lebih tinggi darinya itu mulai mendekat ke arahnya. Membuat Alice refleks memundurkan langkah kakinya.

Alice memutuskan sambungannya dengan Arm. Sembari terus menatap ke depan, Ia yang bingung dan ketakutan berusaha mengetikan nomor panggilan darurat.

Sialnya, ponselnya malah terjatuh ketika Alice menyadari bahwa sosok yang dilihatnya itu tidak berada di halaman belakang rumah seperti dugaannya.

Yang Alice lihat ternyata di kaca jendela bukanlah sosok yang sebenarnya, melainkan sebuah bayangan yang terpantul bersama dengan bayangannya sendiri.

Pantas saja tak Alice lihat jejak kaki di tanah becek yang ada di halaman belakang rumahnya tiap kali sosok tersebut bergerak maju dan mendekat ke arahnya.

bed time stories; thai idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang