[150] di sekolah

479 137 1
                                    

"Bukannya kata lo kita manusia tuh kodratnya nggak bisa ngelihat makhluk astral?" tanya Perth kepada Saiparn.

Saiparn menganggukan kepalanya.

"Lo bilang kalau cuma ada dua kemungkinan ketika manusia bilang mereka bisa ngelihat makhluk astral."

"Yap, pertama dia pembohong, kedua dia bagian dari makhluk itu sendiri."

"Lah terus? Barusan lo bilang lihat ada sosok anak kecil pake gaun, dengan rambut dikuncir dan pake sepatu item yang cuma sebelah. Lo yang pertama apa kedua nih?"

"No both," kata Saiparn santai. "Gue emang bilang kalau manusia itu kodratnya nggak bisa ngelihat makhluk astral. Kecuali makhluk astral itu yang nampakin diri sendirinya ke manusia. Itu beda lagi."

"Jadi maksud lo emang kita nggak bisa lihat mereka kecuali mereka yang mau nampakin diri mereka ke kita?"

Saiparn menganggukkan kepalanya.

"Terus.. maksud lo, sepatu yang tadi kita temuin pas kita lagi bersih-bersih gudang di samping ruang guru itu sepatu anak itu?"

"Iya, jenis sepatu, model, warna bahkan ukurannya persis sama sepatu yang gue lihat dipake sama anak kecil itu."

Perth terdiam. Pun dengan Saiparn.

Ada satu hal yang keduanya tak mengerti.

Dan itu adalah ketika guru piket yang memantau mereka melakukan bersih-bersih bilang untuk jangan membuang sepatu itu dan biarkan tetap berada di tempatnya semula.

"Sai?"

"Hn?"

"Gue jadi keingatan salah satu omongan yang bilang kalau makhluk astral itu biasanya ada di tempat di mana terakhir kali mereka mati."

"Katanya sih gitu."
 
 

Well, Perth dan Saiparn tahu kalau itu bukan arwah manusia sesungguhnya, melainkan jin yang menyerupai.
 
 

"Nah berarti anak kecil yang nampakin dirinya ke elo itu, mati di sekolah kita dong?"

bed time stories; thai idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang