"Neduh dulu ya, Win?" ucap Dew ke Win Metawin yang langsung diangguki oleh Win.
Karena sudah hampir dua jam Khunpol dan Dream tak kunjung kembali ke penginapan, dan listrik juga masih belum menyala, Dew dan Win memutuskan untuk menyusul rekan mereka yang ditugaskan membeli bensin dan juga lilin.
Sialnya baru beberapa menit berjalan, gerimis mulai turun membuat mereka berhenti dan langsung memakai mantel yang tersedia di bagasi motor. Dan ketika mereka hendak melanjutkan perjalanannya, hujan malah semakin deras turun membuat mereka akhirnya benar-benar berhenti untuk meneduh terlebih dahulu.
"Lo jangan sampe sakit Dew!" ucap Win yang melihat bagaimana rambut Dew sudah kepalang basah.
"Lo anjir yang jangan sampe sakit. Lo kan nggak pernah naek motor sebelumnya!" timpal Dew membuat Win mendecih.
Ya memang Win tak pernah naik motor, tapi bukan berarti Win mempunyai tubuh yang lemah.
"Kita tuh nanti mau lewat hutan?" tanya Win kemudian.
Dew menganggukkan kepalanya, "itu jalan yang paling pendek soalnya. Kalau lewat jalan utama, jauh."
"Oh," sahut Win sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Karena diboncengi, jadi Win menurut apa kata yang memboncenginya saja.
Dew dan Win masih terus berteduh di bawah pohon yang besar yang sangat rindang selama beberapa menit, hingga lima belas menit berlalu, hujan yang turun sudah mulai berkurang derasnya. Air yang kini turun hanya sebatas gerimis-gerimis kecil seperti sebelumnya.
Dew mengulurkan tangannya. "Udah berhenti, Win. Jalan sekarang aja apa?"
"Yaudah, keburu kemaleman."
"Oke!" kata Dew sembari menghampiri motor yang mereka parkir di pinggiran jalan yang sepi tersebut.
Win mulai duduk di jok belakang dan Dew langsung melajukan kendaraan tersebut.
Jalanan sepi, tak banyak motor yang lewat, hanya ada beberapa mobil yang sesekali melintasi keduanya.
Jalan yang diambil Dew adalah jalan lurus sebelum akhirnya ia melihat plang yang bertuliskan tanda panah yang mengarahkan ke jalan lain; ke arah hutan.
Dew hendak membelokan setirnya ke arah tersebut ketika secara tiba-tiba ada sebuah mobil bak yang melaju kencang ke arahnya sambil membunyikan klakson.
"DEW AWAS!!!" seru Win refleks membuat Dew langsung membanting setirnya ke arah lain hingga keduanya terjatuh di rerumputan pinggir jalan.
"Lo nggak apa-apa Win?" tanya Dew yang khawatir akan penumpang di belakang motornya.
"Nggak apa-apa, Dew. Lo sendiri gimana?" tanya Win balik bertanya.
"Gue juga nggak kenapa-napa, Win."
Keduanya menjawab kompak dengan mengatakan tak apa-apa. Padahal ada luka goresan yang tak bisa dibilang kecil akibat gesekan tubuh mereka sendiri dengan aspal yang ada.
Di tengah usaha keduanya untuk bangun dan membenarkan motor yang juga jatuh, Dew dan Win dihampiri oleh seseorang yang sepertinya adalah pengemudi dari mobil bak yang hampir menabraknya tadi.
"Kalian berdua nggak apa-apa?" tanya laki-laki paruh baya tersebut.
"Iya nggak apa-apa, Pak."
"Maaf tadi saya klakson sampe bikin kalian kaget dan jatoh."
"Iya nggak apa-apa, Pak," sahut Dew. "Kalau nggak diklakson, bisa-bisa kita tabrakan tadi."
"Langsung lanjut jalan ya, nak, jangan berhenti di sini. Jangan lewat jalur hutan juga. Tadi di tengah jalan sana ada pohon besar yang tumbang."
"Iya makasih, Pak," sahut keduanya.
Laki-laki yang tadi kemudian kembali ke mobilnya sementara Dew dan Win memutar motornya ke arah jalur lain yang dimaksud.
Jalanan masih sangat licin meski hujan benar-benar sudah berhenti sekarang.
"Dew," panggil Win di tengah perjalanan mereka menyusul Khunpol dan Dream.
"Iya, Win?!"
"Percaya atau nggak, tapi pas kita jatoh gara-gara diklakson mobil tadi, terus mobilnya ngelewatin kita, gua nggak ngelihat ada penumpang di mobil itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
bed time stories; thai idols ✅
Fiksi Penggemar[BOOK FIVE] "be careful, you may not be alone!" started: October, 25th 2018 end: March, 14th 2021