[149] batu

479 144 3
                                    

Perth menganggukan kepalanya ketika matanya bertemu dengan mata adik dari teman laki-lakinya yang baru saja datangi rumahnya tersebut.

Tak sendiri, Perth juga ditemani Love dan teman sekelas mereka yang lain.

Mereka semua memang tengah melayat ke rumah salah satu teman laki-laki mereka yang baru saja meninggal.

Meninggal dalam keadaan tak wajar.

"Serem ya?" ucap Love begitu ia dan Love sudah menjauh dari rumah duka.

Perth menganggukan kepalanya.

"Kata papaku yang kayak gitu biasanya karena santet atau kiriman orang, tapi dia anaknya rame gitu, ramah lagi, yakali punya musuh yang sampe sejahat itu."

"Kayaknya bukan karena santet deh, Love," ucap Perth meralat dugaan Love.

"Hah? Kamu tahu apa penyebab dia bisa begitu?"

Perth menganggukkan kepalanya.

Maksud dari Love 'bisa begitu' adalah dengan keadaan lambung dan usus yang dipenuhi oleh puluhan bebatuan kecil.

"Minggu kemarin, aku, dia sama yang lainnya pergi ke KRB, terus dia lihat ada burung hijau lagi terbang di atas, dia langsung ambil karet dan batu kecil buat dikenain ke burung yang lagi terbang itu. Dan bener aja, batu yang dia lemparin pake karet itu kena tepat di badan burung, dan kita semua lihat gimana burung itu jatoh ke bawah, tapi pas kita samperin ke tempatnya, nggak ada burung tadi, yang ada cuma bulu sehelai doang."

"Loh hubungannya sama kematian almarhum apa?"

"Kamu tadi lihat kan foto batu yang ditunjukin sama Marc? Yang katanya itu batu yang keluar dari perut almarhum?"

Love menganggukan kepalanya.

"Itu batu yang sama kayak yang almarhum pake buat ketapelin burung serba hijau di KRB itu, Love."

bed time stories; thai idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang