[146] ketempelan

518 138 0
                                    

"Tapi ini udah malem, Tung, yakin mau mandi?" tanya Pluem pada Khaotung yang bersikeras untuk mandi setelah sampai di kontrakan tempat ia dan tiga temannya tinggal, Khaotung, Win dan JJ.

Khaotung baru saja sampai di kontrakan setelah sebelumnya mengantarkan pacarnya yang main ke kontrakan untuk pulang.

"Iya, gua nggak tahan, badan gua panas semua, rasanya kayak kebakar!" katanya sebelum akhirnya berlari dan masuk ke arah kamar mandi.

Pluem mengerutkan keningnya bingung, tak seperti apa yang dikatakan Khaotung, Pluem malah merasakan bahwa tubuh Khaotung terasa dingin. Terlebih ketika ia mencoba menahan Khaotung dengan meletakkan tangannya di bahu Khaotung tadi.

Dan ini sudah jam 9 malam.

Bagi orang lain mungkin biasa mandi malam seperti ini, tapi tidak untuk Khaotung yang pernah bilang bahwa ia mempunyai pantangan untuk mandi di atas jam 8 karena takut terkena rematik.

Pluem tentu khawatir, makanya ia memutuskan untuk menunggu sampai Khaotung selesai di depan pintu kamar mandi.

Hingga sepuluh menit kemudian Khaotung keluar dari kamar mandi dengan keadaan tubuhnya yang basah kuyup dengan pakaian yang masih lengkap.

Ya, Khaotung mandi tanpa menanggalkan pakaiannya.

Pluem langsung menghampiri Khaotung dan memegang kedua sisi bahu Khaotung yang terlihat menggigil.

"Khao lo kenapa?!" tanya Pluem yang kini menangkupkan kedua telapak tangan besarnya di wajah Khaotung.

Dengan gigi yang terus bergemeletuk, Khaotung tak menjawab pertanyaan Pluem dan malah terus berucap, "panas, panas," membuat Pluem semakin khawatir.

Sampai akhirnya Khaotung terjatuh dan tak sadarkan diri.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
"Pluem, sini. Saya mau ngomong sebentar."

Pluem yang baru saja ingin menaiki motornya untuk menyusul mobil Win yang tengah membawa Khaotung ke rumah sakit menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah bapak paruh baya, tetangganya, yang baru saja berbicara padanya.

"Iya, pak?"

"Dek Khao tadi abis darimana?"

Pluem mengerutkan keningnya, "dari Kebayoran lama, Pak. Nganterin pacarnya."

Pria berumur tersebut menganggukan kepalanya.

"Saya saranin, kamu ajak ustadz atau kenalan kamu yang ngerti."

"Hah? Maksudnya, Pak?"

"Tadi saya lihat ada sosok tinggi gede yang ngikutin Dek Khao. Kalaupun kalian nggak bisa bawa orang yang ngerti, nanti kamu sama temen-temenmu bacain ayat-ayat suci supaya makhluk itu pergi. Jangan berhenti sampai keadaan Dek Khao membaik."

"M-maksud bapak Khao.... diganggu makhluk halus?"

"Iya."

bed time stories; thai idols ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang