101. Daddy 10

3.1K 199 21
                                    

Happy Reading.

*

Sinar mentari terlihat sangat terik. Jarum jam menunjukkan pukul 11 siang tepat. Di musim semi dengan semua bunga yang mekar. Indah sekali dengan semua bunga yang mekar disekitar jalan-jalan.

Kendaraan berlalu lalang dengan bebas. Terus dan bergantian.

Jam terus berjalan, berganti hari dan semuanya berubah. waktu merubah semuanya. Termasuk nasib semua manusia.

Semuanya.

*

"Batalkan semua rapatnya sekertaris Jo"

"Baik Prosedir" persetujuan atas ketidakinginan dan selalu iya yang menjadi penjawabnya. Sosok dengan baju formal itu meninggalkan ruangan mewah milik sang atasan.

Menikmati angin siang diantara jam makan siang. Memperhatikan jalanan yang tampak ramai. Musim semi yang indah, tapi tidak dengan Hidupnya. Hidup yang dirinya hancurkan sendiri. Dirinya hancurkan atas ketidaktahuan dirinya dan kebodohannya. Semuanya seharusnya sudah membaik dan dirinya sudah bahagia jika dirinya bertanya dengan baik-baik dan tidak marah-marah.

"Hyung?" Sosok jakung Park Ji Hyun muncul tapi tidak membuat Jimin berbalik. Park Jimin masih diam dengan pandangan yang sama. Luar ruangan.

"Apa?"

"Kau mau melewatkan jam makan siangmu lagi?" Jimin menghela napas panjang dan berbalik. "makan siang? Ji Hyun-ah bagaimana bisa aku makan dengan baik jika Aliya tidak ditemukan sampai sekarang" cetus Jimin yang sudah lelah. 5 bulan Aliya hilang dengan dirinya yang tau jika Julian adalah anaknya. Dan bodohnya Elena juga kehilangan jejak. Aliya terlalu pintar lari dan menghindari mereka dan sudah 5 bulan pencarian dan belum ada kamar sama sekali.

Wanita itu pandai bersembunyi dengan anaknya. Anak mereka dan Jimin tau saat Aliya berhasil kabur. Ya Tuhan. Hidup Jimin semakin rumit saat tidak tau semua kebenaran ini. Aliya mau sampai kapan kau lari dan menyembunyikan ini.

Bayangkan saja, setelah tau jika Julian anaknya, Jimin berlari kerumah Elena, jelas untuk menemui Aliya dan meminta penjelasan. Serta memohon ampun untuk semua tuduhan yang dirinya lontarkan.

Menyesal?

Di setiap hembusan nafas Jimin. Siapa yang tidak menyesal karena menuduh tanpa bukti, Jimin bahkan masih ingat bagaimana Aliya meringkuk menangis keras diatas ranjang. Dan itu semua karena tuduhan bodoh Jimin.

"Aliya juga tidak akan senang kau seperti ini Hyung" Jimin menarik nafas dalam-dalam. Pasrah akan semuanya. Apa tuhan begitu membenci dirinya hingga kebahagian yang seharusnya dirinya raih hilang begitu saja. Apa ini hukuman karena dirinya meniduri anak sambungnya. Hukuman untuk sikap kurang ajarnya yang memperkaya anak sambungnya.

Tapi mau sampai kapan hukuman ini berlanjut.

"Inggris Hyung" Jimin menantap aneh Ji Hyun, inggris? Apa maksdunya?

"Aliya tidak punya jaringan atau koneksi yang bagus didunia luar. Selain dengan Noona, Elana dan Neneknya. Ibu dari ayahnya. Hyung tidak mau mencoba mencari disana" pandangan mata Jimin berubah lekat. Benar juga. Elena ada di pihak Jimin dan tidak mungkin Elena menyembunyikan Aliya apalagi Se Yoon.

Hanya Nenek Aliya yang tidak tau apa-apa. Aliya adalah gadis kemarin sore yang tidak punya koneksi sama sekali selain keluarga. Dan Jimin tidak lupa jika Aliya belum genap 20 tahun. Akses Aliya masih terbatas.

"Atur keberangkatan ku ke inggris" Ji Hyun mengangguk faham, tidak ada salahnya mengunjungi inggris. Siapa tau Aliya disana.

"Inggris Aliya. Kuharap kau disana" jujur Jimin lelah mencari Aliya tanpa tau tujuan yang jelas. selalu pulang dengan tangan kosong dan selalu gagal. Jimin lelah. Lelah akan kegagalan yang memuakkan.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang