93. Daddy

5.4K 288 20
                                    

Happy Your Reading.

*

Kita mulai kisah ini, kisah rumit antara ayah dan anak. Tidak kandung, hanya tiri. Singkat cerita adalah Ibu dari anak gadis itu menikah dengan pria yang lebih muda darinya, tidak jauh sih jaraknya. Hanya 6 tahun.

Usia ibunya baru 36 tahun dan wajar jika menikah lagi, ibunya sudah jadi janda dari usianya yang menginjak 8 tahun dan sudah 10 tahun berlalu. Wajar jika ibunya ingin menikah lagi. Masih muda.

Keluarga mereka lumayan harmonis. Semua berjalan sesuai porsi, ibu, ayah dan anak.

Tapi lebih baik perkenalan dulu. Kim Se Yoon, punya anak bernama Aliya Hilton Kim. Ayahnya Bule jadi namanya beda. Agak aneh bagi nama Korea. Dan nama suami muda itu adalah Park Jimin.

Ibunya hanya punya Butik yang tidak terlalu ramai tapi cukup untuk menghidupi mereka, ada juga tabungan ayahnya, ya Ayah Aliya kaya jadi semua kekayaan itu akan jatuh pada Aliya Jika sudah legal nanti, ibunya hanya dapat jatah bulanan yang sangat cukup dan tidak perlu dibahas soal hidup. Mereka kecukupan dan sangat kelebihan. Hanya saja tidak mengumbar itu. Yang semua tau ibu Aliya hanya punya Butik. Itu saja.

Aliya kuliah, jurusan Pendidikan. Agak malas sepenuhnya hanya saja wasiat sang ayah yang ingin dirinya jadi seorang pengajar. Aliya anak yang luar biasa penurut dan selalu bilang iya pada setiap keinginan ibunya. Anak baik. Walaupun nakal.

"Ma aku tidak mau. Sudah kukatakan aku tidak suka Inggris" ini tantang liburan Aliya ke Inggris, rumah Ayahnya. Hanya saja Aliya tidak terlalu suka. Terlalu liar disana dan Aliya bukan penyuka hal seperti itu.

Setiap 6 bulan Aliya harus terbang Ke Inggris untuk mengunjungi sang Nenek yang masih hidup. Hanya Aliya cucu perempuan satu-satunya dan jelas Aliya jadi kesayangan.  Tapi Aliya tidak suka lingkungan disana. Membosankan dan penuh laki-laki mata keranjang.

"Jika saja aku disana bisa bertemu Daniel Radcliffe atau Justin Bieber tidak masalah. Ini bertemu Nenek" satu-satunya laki-laki itu tersenyum mendengar ucapan Aliya.

"Kau lebih suka pemain Harry Potter dari pada Nenek mu?"

"Tentu. Mereka tampan" oh salahkan mulut Aliya yang sangat gampang menjawab ucapan sang Ibu.

"Anak ini" Se Yoon bingung bagaimana bisa sang anak sebebal itu dan terus saja membantah ucapannya.  Astaga.

"Sudahlah sayang. Biarkan dia memilih" Aliya jijik mendengar ucapan Jimin. Sayang? Menggelikan. Aliya bukan orang yang suka mendengar kata-kata manis, meskipun itu bukan ditujukan padanya.

"Jangan membela dia terus. Anak ini akan besar kepala"

"Ye kepalaku besar juga dari Mama. Dasar" dan Aliya langsung berlari meninggalkan Mereka. Membosankan mendengar ceramah sang ibu, Aliya tidak suka. Sungguh.

"Aliya kembali"

"Biarkan saja sayang. Dia masih muda"

"Aish"

*

Dirumah sudah buruk dan ditempat kuliahan semakin buruk. Aliya bahkan harus berlari agar tidak dapat hukuman, siapa juga yang mau dihukum berlari pada suhu sepanas ijin hello Seoul masuk musim panas dan Aliya tidak sudi berlari mengelilingi lapangan.

"Akan kena hukum" Aliya meraih botol mineral dingin yang diulurkan padanya. Tanpa melihat Aliya sudah tau. Siapa lagi jika bukan Jimin, ayah tirinya. Universitas ini Milik Jimin. Aliya baru tau saat mereka menikah. Jimin dan Ibunya.

"Sudah tau tanya" jika sedang berdua seperti ini maka Aliya tidak akan punya sopan santun pada Jimin. Aliya bebas.

"Ayo makan. Belum sarapan kan tadi" Aliya hanya menurut saat tangannya ditarik Jimin, Aliya juga kelaparan. Hanya susu saja tadi pagi.

Oke satu Universitas belum tau jika Jimin Ayah tiri Aliya, jelas karena Aliya yang minta. Tidak akan baik jika mereka tau Aliya anak tiri Jimin. Hello, Dunia Bisa guncang dan lagi, banyak yang menggilai Jimin. Aliya tidak mau diserang Fans Jimin. Jimin termasuk populer.

Dan itu sebabnya banyak yang salah faham jika Aliya jadi teman Kencan Jimin. Aliya jelas membantah dan bilang Jimin bukan Pedhofill yanh suka pada anak kecil. Usia Jimin dan dirinya berjarak 12 tahun. Jauh jelas. Aliya masih anak-anak.

"Yakin tidak mau ke Inggris?" Aliya mengangguk yakin.

"Daddy akan membantu"

"Hah?"

"Membuat Mama-mu melepaskan dari liburan ini"

"Yakin?"

"Hum"

Oke Aliya akui Jimin baik, sangat baik padanya. Jimin selalu menolongnya jika sang ibu mengamuk dan Aliya benar-benar yakin jika Jimin Ayah yang baik dan suami yang sempurna, walaupun Aliya tidak sopan pada Jimin sekalipun.

"Lakukan"

"Hem asal kau setuju pada satu hal"

"Apa?"

"Untuk punya adik"

"Ya Gila. Aku tidak mau" teriak Aliya emosi. Apa-apaan ini. Menukar liburan dengan adik. Aliya tidak sudi punya adik. Merepotkan saja.

*

Mereka pulang bersama, mobil Aliya ditinggal dan Jimin memaksa. Aliya jelas cemburut, menyebalkan sekali Park Jimin ini. Jimin masih mencoba menyetujui usulannya untuk memilki adik. Jimin tidak putus ada pada Aliya.

"Tidak Jim, aku tidak mau. Mama sudah tua, tidak baik punya anak lagi. Hanya aku anaknya" ketus Aliya egois. Jika hanya bertengkar maka Aliya akan memanggil nama Jimin saja.

"Aku ingin punya keturunan Aliya, aku butuh pewaris" kesal Jimin, ibu dan anak ini sama saja.

"Wariskan saja padaku. Aku tidak masalah"

"Bocah bodoh, kau sudah kaya" oke Mereka seperti kucing dan tikus sekarang. Tidak mau akur dan saling membantah.

"Sudahlah Jim, tidak akan ada anak diantara kalian dan aku tidak mau menerima adik" Jimin mendengus kesal dan turun dari Mobil, tapi sebelum itu Jimin mengatakan kata-kata yang membuat Aliya berteriak kesal.

"Jika aku tidak boleh punya anak dari Ibumu maka kau saja yang hamil anakku"

"Dasar Ayah Gila kau Park Jimin. Idiot"

End.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang