88. Klasik

4.8K 234 9
                                    

Happy Reading 

*

Pagi yang rusuh sudah terjadi di kediaman Keluarga Kecil Wang Jimin. Suara teriakkan sang ibu terdengar menggema karena tidak mendapatkan respon dari orang yang ada didalam kamar.

"Papa cepat turun dengan Baby Wang, kalian mau tidak jadi jalan-jalan?" Sepertinya menyandang predikat Nyonya Wang membuat Aliya harus sering-sering kedokter kecantikan. Kulitnya akan keriput dulu sebelum waktunya karena terus berteriak pada suami dan anaknya.

"Astaga" Aliya menyerah berteriak. Berakhir mematikan kompornya dan menuju Kamar. Harus punya tenaga Ekstra untuk membangunkan beruang didalam kamar.

Pintu terbuka dengan mudah dan Aliya dibuat mengeram karena keduanya masih nyaman saling berpelukan dengan Tubuh toples.  Ayah dan anak sama saja. Astaga.

Aliya mendekat, berdiri tepat di samping Jimin yang masih memejamkan matanya, bibirnya terbuka dan itu menyebalkan. Tubuh Aliya condong pada Jimin. Mendekat sempurna pada telinga Jimin. Hampir saja Aliya berteriak tapi diurungkan karena sang anak akan bangun.

Hingga Aliya memilih opsi lain. Menjulurkan lidahnya dan menjilat telinga Jimin. Sedetik kemudian mata sipit itu terbuka dan Aliya langsung menjauhkan dirinya. "Bear?" Aliya menatap sinis mata Jimin, giliran digoda seperti ini langsung bangun. Dasar Idiot Sex.

"Bangun, mandi urus Putramu" 4 kata singkat Aliya dan langsung berbalik. Tapi tangannya dicekal Jimin. "Bear?" 

"Tidak. Mau adikmu tegang atau apa aku tidak peduli. Pagi ini emosi ku sedang tidak baik dan kau menambah itu. Lakukan saja apa yang aku perintahkan tadi. Atau tidak akan ada jatah selama 1 minggu. Jadi Papa bangun ya" Aliya menghempaskan tangan Jimin dan berlalu, jelas Aliya sengaja. Jimin sensitif dan Aliya memang akan melakukan ini jika Jimin tidak mau menurut padanya.  Percayalah menjadi seorang istri membuat Aliya punya seribu satu cara untuk menaklukkan Jimin, apalagi sosok menyebalkan seperti Jimin.

*

"Aa…" Aliya menyuapi sang Putra, mengabaikan Jimin yang menatapnya dengan ingin. Aliya tau jika sesuatu dibalik celana Jimin mengembang dan minta dipuaskan hanya saja Aliya masa bodoh.  Biar dirasakan Jimin.

"Mama tidak mau sayur. Pahit" aduan dari bibir manis sang Putra membuat Aliya tersenyum dan mengusap surai anaknya dengan lembut.  "Baby Kalau tidak makan sayur nanti tidak bisa tinggi. Jadi makan Nde, memang mau pendek?" Itu jelas sindiran untuk Jimin. Kenapa juga tinggi badan dibahas. Aish.

"Tidak. Aa.." Aliya tersenyum dan menyuapkan sayur pada anaknya. Mengabaikan tatapan kesal yang dilayangkan Jimin. "Mama Won ingin main dengan Seojoon, Paman Okie akan menjemput nanti. Tidak Papa kan?" Aliya menghela nafas dan mengangguk, sebenarnya ini adalah waktunya mereka jalan-jalan hanya saja sudah lama juga Ji Won tidak main dengan Seo Joon. Tidak ada pilihan lain lagi.

"Tapi jangan menginap ya Baby. Nanti siapa yang Mama peluk saat tidur?"

"Papa" jawaban spontan Ji Won membuat Aliya melotot. Tunggu dulu, bagaimana bisa anak berumur 4 tahun begitu lancar mengatakan itu? Siapa yang mengajari?

"Baby?"

"Mama itu pasti Paman Okie. Won kedepan ya" Ji Won turun dari tempat duduknya dan berlari ke pintu masuk. Meninggalkan Jimin dan Aliya.

"Tidak. Bukan aku Bear" Jimin langsung mengelak saat mata Aliya menatap tajam dirinya. "Awas jika Oppa meracuni fikiran anakku" ancam Aliya kesal. Paginya semakin buruk. Astaga.

*

Flasback.

Kisah cinta mereka bisa dibilang klasik dan sederhana. Hanya sebuah pertemuan singkat karena Aliya bekerja sebagai Editor di kantor Jimin, dengan pertemuan jarang tapi cinta tetap hadir dalam diri mereka. Jimin yang notabenenya sang Direktur Muda jelas banyak yang menggilai hanya saja hatinya terpaku pada sosok sederhana Aliya. Sosok sederhana yang punya sikap manis seperti anak kecil. Sosok yang menjadi titik tuju Jimin untuk membangun ikatan pernikahan.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang