38. Just One Opsi II.

5.8K 247 13
                                    

Happy Reading.

*

"Kau yakin akan benar-benar melakukan ini?" Dan Aliya hanya mengangguk pelan, tersenyum lembut pada kakaknya. Menggenggam tangan kakaknya yang dingin.

"Kenapa dengan tanganmu?" Kim Jisoo menggeleng dan tersenyum. Mengusap surai Aliya dengan lembut. Ada ketakutan Dimata Jisoo. Melihat Aliya yang tiba-tiba menyetujui lamaran seseorang yang tidak diharapkan dan tiba-tiba ingin pernikahan dipercepat tanpa ikatan tunangan. Jelas itu tanda tanya besar.

Jisoo yakin ini bukan adiknya. Aliya bukan seseorang yang mudah mengiyakan ajakan seseorang untuk menikah apalagi dengan kurun waktu keduanya yang baru mengenal.

Ini bukan Aliya yang biasanya.

Jisoo tau alasannya, hanya karena satu nama yang benar-benar ingin adiknya lupakan dan hapus dari hidupnya. Jisoo tau Aliya tidak membenci laki-laki itu, hanya perasaan kecewa yang membawa Aliya melakukan ini. Aliya tidak pernah bisa membenci seseorang, entah itu orang jahat atau baik. Bahkan pada orang tua mereka yang meninggalkan mereka saat kecil pun Aliya masih tetap baik dan menerima keduanya dengan senang hati.

"Eonni kecewa kau melakukan ini" Aliya tau Jisoo kecewa tapi ini pilihannya. Maju atau terjebak selamanya dan Aliya tidak akan melakukan itu. Diam diposisi bodoh dan menunggu keputusan. Itu bukan diri Aliya yang sesungguhnya. Aliya akan melakukan apapun asal apa yang hatinya inginkan tercapai.

Dan termasuk melupakan orang yang sampai saat ini masih Aliya cintai.

"Nak sudah saatnya" disana Kim Jae Hwan berdiri dan memanggil keduanya. Tersenyum lembut pada kedua anaknya.

"Kau siap?" Mengangguk pelan dan menatap Jisoo. Aliya menggenggam tangan Jisoo dengan erat. Ingin meyakinkan kakaknya jika dirinya baik-baik saja.

"Eonni jangan khawatir. Aku baik-baik saja dan kumohon jadilah pengiringku" Jisoo tersenyum samar dan membalas genggaman tangan Aliya.

"Aku ada dibelakangmu dan jangan khawatir" keduanya melemparkan senyum simpul dan mengangguk.

"Saatnya nak"

*

Aliya memejamkan matanya erat dan mencoba menyakinkan dirinya jika ini tidak akan sulit tapi kenyataannya Aliya benar-benar tidak bisa mengucapkan satu kata pun tidak bisa ia lakukan.

"Apa perlu saya berikan anda waktu Nona Kim?" Aliya mendongak dan menggeleng pada Pasteur yang akan menikahkan dirinya. Tidak Aliya tidak akan menunggu lagi. Ini adalah waktunya dan Aliya tidak mau mengulur waktu lagi.

"Tid~~~"

"Aliyaa~~~" ucapan Aliya terhenti saat mendengar teriakan keras dari belakang. Menoleh dan menemukan Halmonie Park yang berjalan tergesa-gesa kearahnya. Aliya yakin jika Halmonie Park menuju kearahnya.

"Halmo~~~plakkk" wajah Aliya memaling kesamping saat tangan Halmonie Park tepat sampai dipipinya.

"Apa yang Halmonie lakukan?" Itu suara Jisoo. Berteriak keras dan menarik Aliya untuk berada dibelakangnya. Jelas Halmonie Park keterlaluan karena menampar Aliya disini, tepat saat pernikahannya.

"Kau harus bertanggung jawab untuk semuanya Aliya. Kau akan menikah dan bahagia dengan laki-laki lain sementara cucuku sekarat dirumah sakit dan sedang melawan maut dan itu karenamu" teriakan Halmonie Park membuat tubuh Aliya jatuh kelantai.

"Jimin sekarat?" Suara Jisoo tercekat saat bertanya pada Halmonie Park. Apa ini nyata? Park Jimin sekarat?

"Dia bunuh diri karena tidak bisa melupakanmu Aliya" dan detik berikutnya Aliya berlari dari gedung ini. Menggunakan gaun dan sepatu yang sama, tidak peduli tanggapan semua tamu. Yang Aliya inginkan satu, melihat kondisi Jimin.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang