103. Baby Sister Your Children Ending.

2.7K 164 9
                                    


Happy Reading.

Btw ini terusan di bab lama ya. Kayaknya ceritanya ada di bab 70-an. Jadi bagi yang lupa jastip aja kesana. 😅

Bodo ah. Saya nulis aja ya.

*

Aliya menyikut Jimin pelan. Kenapa nada Jimin jadi aneh seperti ini. Membuat suasana jadi tidak enak saja. Memang Jimin kenal Beomgyu?

"Maaf Hyungnim apa ada yang salah?" Ekspresi takut Beomgyu terlihat jelas dan wajah Jimin masih saja mengintimidasi. Mereka masih diam saja. Aliya dan Ryujin saling melirik dan tidak tau harus bilang apa. Baru kali ini mereka melihat Jimin yang seperti ini.

"Tidak. Hanya saja hati-hati saja dengan dia. Dia mengerikan"

"Ya....." sontak saja Aliya dan Ryujin langsung berteriak saat mendengar celetukan Jimin yang asal. Muka Jimin langsung kaget dan melihat Aliya dengan muka polos.

"Ada yang salah sayang?" Rasanya Aliya ingin menghantam wajah Jimin dengan vas yang ada didepan mereka. Tentu saja jangan lupakan Ryujin dan sudah sangat kesal dengan Jimin. Sialan sekali laki-laki ini. Membuat orang panik saja.

"Lain kali jika ingin mengerjai orang disaat momen seperti ini. Kau bisa membuat Ryujin gagal punya calon suami" cetus Aliya jengkel tanpa menyaring kata-katanya.

"Eh..." dan Beomgyu serta Ryujin jadi kikuk karena Aliya.

"Aku tidak mengerjai kalian. Hanya...."

"Hanya apa? Sudahlah Oppa kau ini memang menyebalkan. Beomgyu-ya pergi saja dengan Ryujin kesana, hati-hati dan jaga dia. Pulangkan tepat waktu" cetus Aliya yang tidak mau ini lama-lama. Jimin akan semakin gila dan merepotkan serta Aliya tidak mau Ryujin kehilangan laki-laki disukai. Jelas Aliya tau karena baru kali ini Ryujin mengenalkan laki-laki padanya.

"Eh Gumawo Noona" Aliya mengangguk pelan. Lagi pula Beomgyu dari keluarga Baik-baik. Tidak salah mencoba kan. dari pada Ryujin dikatai Lesbi.

"Berangkat saja"

"Gumawo Eonni"

*

"Lain kali jangan seperti itu pada Beomgyu, kau membuat dia ketakutan" Aliya terus saja mendumel pada Jimin setelah keduanya pergi ke kamar. Memang keterlaluan tadi, niat Jimin main-main tapi membuat orang spot jantung. Beomgyu terlihat sekali ketakutan dan Aliya bisa melihat itu. Bahaya bisa-bisa keduanya.

"Sayang aku kan..."

"Apa? Bagaimana jika Beomgyu menyerah pada Ryujin jika Oppa seperti itu?" Ketus Aliya menyala. Masih saja membantah. Dasar Jimin.

"Itu artinya dia tidak serius pada Ryujin"

"Yaaaaaaa...." spontan saja Aliya berteriak pada Jimin. Apa-apaan maksud Jimin. Sialan.

"Apa? Kan aku hanya bilang begitu" Rasanya Aliya ingin menjitak kepala batu Jimin.

"Terserah Oppa saja" Aliya akan gila jika mengurusi Jimin.

"Ayo"

"Ayo apa?" Aliya tidak bisa menghentikan suara ketusnya. Jengkel yang dirinya rasakan masih sangat kentara.

"Itu tadi kau janji setelah Ryujin pergi" muka Aliya berubah merah,  bukan malu tapi emosi.

"Ya keluar saja kau. Tidak ada itu-ituan"

"Sayang"

"Keluar"

*

Menikmati waktu senggang dengan bersantai bersama Aliya, Jimin memilih libur dari segala urusan kantor. Mengingat kondisi Aliya yang hamil tua, Jimin jadi sering dirumah. Beberapa waktu mendatang Aliya akan melahirkan dan Jimin akan jadi suami siaga. Mengingat Ryujin jarang kesini karena sibuk jadi tidak ada yang menjaga Aliya.

Yeah Ryujin disibukkan dengan bisnisnya, apalagi dengan persiapan pertunangan dengan Beomgyu, keduanya sudah sampai pada tahap lebih serius dalam hubungan.

"Ingin sesuatu?" Aliya menggeleng pelan. Menikmati sore hari yang sejuk dipinggir kolam dengan Jimin yang mau mengambilkan apapun yang dirinya mau.

Kaki yang masuk kedalam air kolam dan menikmati udara sejuk. "Hah.." Jimin ikut bergabung dengan Aliya. Tangannya bergerak mengusap perut besar Aliya. Tersenyum hangat saat tau jika anaknya akan segera lahir.

Aliya sendiri hanya diam membiarkan Jimin mekaukaan apapun. Tidak juga protes dan melarang, toh anak Jimin juga.

"Laki-laki ya sayang" Aliya mengangkat bahunya acuh, tidak tau dan tidak mau berharap banyak. Apapun yang penting sehat. Aliya memang tidak mau USG untuk memastikan jenis kelamin sang anak. Aliya ingin ini jadi kejutan untuk mereka nanti. Entah laki-laki ayah perempuan.

"Nanti kalau sudah dapat laki-laki baru perempuan" sontak saja Aliya menantap Jimin. "Biarkan dia besar dulu baru fikirkan soal anak kedua. Aku akan tua duluan jika ada lagi orang sepertimu" wajah Jimin langsung asam. Jelas tolakan atas keinginannya yang ingin anak kedua. Lebih tepatnya tundaan.

"Apa aku semenyebalkan itu?"

"Tanya Ryujin" cetus Aliya memperjelas. Karakter Jimin berubah menyebalkan luar biasa. Merepotkan lagi.

"Aish Yasudahlah" Jimin menyerah. Kakak dan adik ini akan sangat pandai memojokkan dirinya dalam situasi yang menyulitkan. Jimin sangat faham.

"Eonni..."

Panjang umur Shin Ryujin, baru saja dibicarakan sudah datang. "Aku kesana dulu"

*

"Akhhh...." Ryujin harus merelakan tangannya diremas Aliya dengan kuat. Menemani Aliya yang melahirkan adalah hal yang tidak pernah Ryujin bayangkan sama sekali. Menunggu Jimin yang belum siap masuk menemani Aliya. Kunjungan Ryujin berakhir dengan pecahnya ketuban Aliya hingga mereka sampai disini.

Melihat Aliya menahan sakit atas proses melahirkan membuat Ryujin ngeri. Dirinya juga akan merasakan ini kelak. Dalam hati Ryujin menyumpahi Jimin yang tidak masuk-masuk. Kenapa juga lama sekali.

"Sakit Eonni?" Aliya mengangguk pelan dengan wajah pucat pasi. Kasihan sekali kakaknya.. ini semua karena ulah Jimin.. dasar sialan.

"Kau yakin bisa menemani Eonni?" Ryujin mengangguk walaupun ragu. Tidak mungkin meninggalkan Aliya sendirian sementara Jimin belum masuk-masuk.

"Akhhh..."

"Sayang...." akhirnya laki-laki ini masuk. Wajahnya masih sama pucatnya seperti tadi. Astaga.

"Jika Oppa berniat pingsan disini lebih baik keluar. hanya merepotkan saja" jika saja Jimin tidak dalam keadaan panik sudah pasti akan adu mulut dengan Ryujin. Suaranya tertahan di kerongkongan.

"Diamlah bocah. Sayang kau pasti bisa" Aliya mengangguk pelan. Sakit yang dirinya alami membuatnya tidak bisa melakukan banyak hal.

*

Teriakkan Jimin dan Ryujin mendominasi rumah. Mengabaikan kemungkinan Alea akan bangun dari tidurnya. Bayi beberapa hari ini sepertinya harus kuat menghadapi kelakuan sang ayah yang selalu bertengkar dengan sang Bibi.

Aliya memilih abai dan acuh pada keduanya. Mengurus anaknya adalah hal yang jauh lebih penting dari pada mengurus 2 anak kecil yang terjebak dalam tubuh manusia dewasa. Percuma menegur.

"Nenek rasa suamimu gila" Aliya mengangguk pelan. Membenarkan perkataan sang nenek. Entahlah, sejak Alea lahir Jimin semakin senang bertengkar dengan Ryujin. Setiap hari.

"Biar saja Noona. Anggap saja musik" cetusan Beomgyu yang menggendong Alea. Berkunjung untuk melihat calon keponakan. Mendapati sang calon istri yang selalu bertengkar.

"Shinnnnn Ryuujiinnnnnn"

"Jimin gila"

Tamat.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang