Happy Reading.*
"Boy bangunkan adik"
"Ya Bu" sosok kecil Hyun Jae berlari kekamar untuk membangunkan sang adik, memang kebiasaan itu tidak berubah. Hyun Jae selalu bangun lebih dulu dari pada Hyun Ji dan Jimin. Mereka berdua beruang tidur, dulu saat tidak ada Aliya, Jimin akan bangun paling pagi, tapi setelah ada Aliya tidak lagi. Waktu tidur Jimin jadi lebih panjang.
"Bu.." Aliya menggeleng melihat wajah mengantuk sang putri, piama kusut dengan mata terpejam. Manis sekali sih. "Sebentar ya sayang, nanti ibu mandikan. Jae-ya duduk hem"
Hyun Jae sudah bangun dan mandi sendiri. Beda dengan Hyun Ji yang selalu dimandikan. Sama seperti laki-laki yang masih nyaman tidur dikamar. "Ayah sudah pulang?" Atensi Si Sulung teralih pada Aliya.
"Semalam jam 10. Mungkin ayah lelah, nanti setelah memandikan Ji, akan Ibu bangunkan. Ini susu anak tampan ibu dan ayo cantik, kita mandi" Hyun Ji turun dari kursi dengan digandeng Aliya. Sementara Hyun Jae lebih memilih minum susu, sarapan sudah siap, hanya tinggal menunggu formasi lengkap saja.
"Ibu Ji mau kerumah Nenek Choi" Aliya mengangguk, 1 tahun berlalu dan mereka masih tinggal dirumah lama. Sebenarnya bisa saja pindah hanya saja Aliya tidak mau, disini lebih baik dan Aliya nyaman juga. Anak-anak juga terbiasa dan Jimin juga tidak protes. Hanya saja beberapa bagian rumah direnovasi dan ditambahi kamar lagi. Ada dua kamar baru, jelas Hyun Jae dan Hyun Ji tidak bisa terus satu kamar. Mereka akan dewasa.
*
Aliya mencium pipi tebal Jimin yang masih tidur, dari pada Aliya teriak-teriak dengan hasil nihil lebih baik membangunkan Jimin dengan cara manis. Pasti akan langsung bangun, walau agak bosan harus mencium Jimin dulu. "Peluk dulu sayang" tangan Aliya tertarik untuk ikut berbaring, Jimin memeluknya. Walaupun matanya terpejam tapi sudah merengkuh Aliya dengan erat.
"Anak-anak menunggu Jim" mata sipit itu terbuka, sayu dengan wajah bantal. Bibirnya bengkak lagi. "Kufikir mereka sudah main ke rumah Soo Bin" Aliya menggeleng dan mengusap pipi Jimin.
"Menunggu ayah mereka bangun. Hanya pagi kemarin mereka bertemu ayahnya" helaan nafas Jimin menguar. Waktu Jimin banyak tersita untuk bekerja, jelas karena Jimin bukan lagi karyawan. Kelewat Cerdas Jimin sudah bisa mendirikan usaha dalam kurun waktu kurang dari satu tahun. Memang tidak besar tapi lebih baik dari pada jadi karyawan.
"Nanti aku brangkat siang, dan besok aku libur. Kita liburan" Aliya mengangguk dan menelusupkan kepalanya didada bidang Jimin. Mencium aroma tubuh Jimin, candu. Aliya suka bau tubuh Jimin.
"Sepertinya dia suka aku, beda dengan Hyun Ji dulu" Aliya tertawa mendengar suara ketus Jimin. Ingat pada kehamilan Ji dulu, Aliya benar-benar tidak mau dekat-dekat dengan Jimin, selalu mual dan sekarang Aliya hamil anak ketiga mereka. Baru 10 Minggu tapi Aliya tidak mau lepas dari Jimin, selalu menempel dan mencium bau badan Jimin. Pokoknya yang selalu berada disekitar Jimin.
"Tapi lihat karakter Ji. Dia Copy an mu. Beruang tidur" senyum Jimin mengembang, memang benar sih.
"Sudah ayo bangun. Ji akan marah jika kita lama-lama disini, dia mau pergi kerumah Bibi Choi" Jimin memejamkan matanya dan memajukan bibirnya minta cium, walaupun Aliya tidak mau mencium Bibir Jimin. Paling hanya pipi dan kening.
Chu!
Ciuman lembut di hidung. "Sudah ayo ayah. Jangan malas"
"Baik-baik" dengan enggan Aliya harus menarik tangan Jimin, mendorong Jimin kekamar mandi. Huh merepotkan punya suami manja, lebih manja dari pada anak-anaknya. Huh sadar Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot Collection
Teen FictionOne shoot. Kumpulan one Shoot, dari mulai Happy, Sad, Family, dan Angs.😆 Cast akan muncul sesuai jalan cerita.😊 Stay ini here😌