65. Yes, I Want You.

7.3K 268 4
                                    

Happy Reading.

+

"Aliya!" Gadis dengan surai hitam itu menghela nafas mendengar panggilan ibunya. Apa lagi? Tidak bisakah ibunya tidak merecokinya dipagi hari.

"Apa lagi Bu?"

"Susul ayahmu ya. Ibu tidak bisa mengantar sarapannya!" Aliya menghela nafas dan menerima bekal dari ibunya. Yah ayahnya terlalu sibuk hingga sarapan saja tidak bisa. Harus diantar, kadang Aliya fikir dirinya adalah jasa Delivery. Menyebalkan.

"Ayolah sayang!" Aliya tersenyum ketus dan berlalu begitu saja. Malas berdebat dengan ibunya.

"Jangan ketus-ketus pada Dokter Park ya!" Aliya mendengus mendengar teriakkan ibunya. Lagi kenapa dokter itu. Menyebalkan.

Aliya akhirnya Masuk kedalam mobilnya. Ini tidak akan selesai jika dirinya terus saja disini. Ibunya pasti akan menambahinya ini-itu. Ah sialan.

Drett! Aliya melirik sebentar ponselnya. Ada notifikasi tapi saat tau siapa yang mengirimkan dirinya pesan justru moodnya semakin hancur.

"Hari buruk!" Ketus Aliya dan menambah laju mobilnya.

+

"Ayah?" Aliya masuk kedalam ruang ayahnya dan Binggo seseorang yang ibunya bilang tadi ternyata ada disini. Ah menyebalkan.

"Masuk sayang!" Aliya tersenyum tipis dan mengangguk. Harinya semakin buruk.

"Sarapan?" Aliya mengangguk dan meletakkan bekal dari ibunya dimeja. Baru saja kakinya akan melangkah keluar suara ayahnya lebih dulu menginstruksikan untuk berhenti.

"Oh yang benar saja sayang. Kau ingin ayah menyiapkan ini sendiri? Jadi seperti ini!" Aliya menghela nafas dan akhirnya membuka semua bekal ibunya. Ayahnya ingin dirinya menyiapkan ini.

"Dan jangan lupakan Jimin. Dia juga belum sarapan karena ayah!" Aliya seharusnya sadar jika ini hanya akal-akalan mereka. Oh dirinya merasa dibodohi sekarang.

"Tidak perlu ketua. Saya bisa makan dikantin!" Itu suara Jimin. Jelas penolakan tapi Aliya yakin jika ayahnya akan merangkai kata-kata agar Jimin tidak membalas ucapannya.

"Jadi kau menolak tawaranku? Ah ini tidak baik Jimin-ah. Kau sama saja tidak menghormati aku!" Dan Aliya benar-benar harus menyelesaikan ini sebelum ayahnya melakukan hal yang aneh-aneh padanya. Oh Aliya tidak mau terjebak seperti kemarin. Dimana dirinya harus duduk berdua dengan Jimin disini. Tidak untuk kesekian kalinya.

"Sayang temani sampai selesai ya. Sekalian bawa bekasnya pulang. Ayah takut lupa, ibumu bisa marah-marah nanti!" Hah Aliya sadar seharusnya jika paginya tidak akan berakhir baik sejak Jimin masuk kedalam kehidupan keluarganya. Ya Tuhan.

"Aku mengerti!" Sementara Jimin yang mendengar ucapan Aliya hanya menghela nafas panjang. Jimin tau Aliya tidak nyaman berdekatan dengannya tapi ini bukan juga keinginannya, salahkan Kim Jung Woon yang terus mendekatkan mereka!

"Mari makan Jim!"

+

"Kubilang aku tidak bisa bodoh!"

"~~~"

"Kukatakan padamu jika aku tidak mau. Aku tidak mau terlalu jauh. Ini tidak akan ada ujungnya dan aku tidak mau dianggap gila! Aku masih ingin Normal Sialan!"

"~~~"

"Brengsekkk!" Aliya membanting ponselnya dan jatuh berlutut. Menyembunyikan wajahnya ditelapak tanganya. Yah Aliya menangis.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang