118. Little Mini

694 43 3
                                    

Happy reading.

"Sayang benci aku saat hamil Julian?"

"Iya!!"

"Hah?"

+

"J mama akan memukul pantatmu jika sampai kau masuk kedalam kolam lagi" untuk kesekian kalinya Lia harus berteriak pada bocah 4 tahun ini. Anak sulungnya yang selalu membuat dirinya naik darah. Selalu saja Julian Yoo.

"Maaa..." Bocah ini berteriak sebal karena diusik ibunya saat akan bersenang-senang. Selalu dan seperti ini. Andai saja ada neneknya pasti dia bebas.

"Tidak Julian. Mama capek, bibi urus bocah itu. Bisa-bisa aku gila" Aliya memilih pergi dan meninggalkan Julian yang siap mencak-mencak karena dilarang.

"Ayo Lian, nanti mama marah"

"Huh bibi selalu saja membela Mama"

"Nanti kalau ada Papamu baru ijin ya" bibi Bong hanya bisa tersenyum melihat Julian. Benar-benar Jimin versi mini, dari mulai sikap kelakuan dan mukanya. Sepertinya saat hamil Julian Aliya sangat membenci Jimin hingga seperti ini bentuk anaknya.

"Ayo makan dulu. Bibi sudah masak makanan kesukaan Lian"

"Tapi berenang..."

"Besok ya sayang...."

+

"Hello jagoan papa.." jika biasanya Julian berlari jika melihat Jimin pulang kali ini hanya diam sambil terus melihat tv, meski dia tidak fokus sama sekali.

"Tumben..."

"Shut papa diam..." Dengen wajah judesnya yang menurut Jimin lucu hingga akhirnya ikut duduk disampingnya.

"Hem kali ini apa lagi. Pasti dimarahi mama" tebak Jimin yang sudah mengerti siklus wajah sebal anaknya.

Julian tidak menjawab dan fokus ke Tv.

"Mau berenang tadi sore tapi dilarang Aliya, seperti biasa" bibi Bong datang diantara ayah dan anak ini. Julian tidak akan berbicara jika sedang kesal. Hanya diam dan terus mengabaikan lawan bicaranya.

"Memang berapa kali dia membahasi bajunya Bi?"

"3x, Aliya jelas marah-marah" Jimin hanya menggeleng dan mengusap kepala anaknya.

"Sudah malam, tidur ya..." Julian menatap sebal Jimin dan turun dari sofa lalu berjalan kearah kamarnya. Memang sejak usia 8 bulan Julian sudah dibiasakan tidur sendiri. Dia laki-laki dan harus mandiri.

"Mana Aliya Bi?"

"Kamar. Pamit setelah makan malam tadi, kondisinya tampak tidak baik. Sepertinya mual masih menyiksanya" ya Aliya hamil anak kedua mereka dan kehamilan ini agak menyiksa dari pada Julian dulu. Aliya selalu morning sickness dan memuntahkan semua makanan yang masuk kedalam mulutnya.

"Titip Julian ya Bi"

"Iya..."

Jimin pamit dan menuju kamarnya. Aliya lebih butuh dirinya dari pada Julian. Julian sedang ngambek dan percuma dibujuk jika masih marah, besok akan lebih baik.

Begitu masuk kamar sudah redup dan hanya tersisa lampu tidur, Jimin tidak menghampiri Aliya dan memilih membersihkan dirinya. 15 menit cukup untuk berbenah diri dan menyusul Aliya diranjang. Lengannya memeluk Aliya yang sepertinya belum tidur.

"Masih mual?"

"Sedikit. Obat dari Yolanda tidak mempan?"

"Kufikir perlu dosis yang lebih tinggi sayang"

"Entahlah. Lusa aku akan marahi dia" ketus Aliya dan berbalik menatap Jimin. Mengusap pipi tebal Jimin.

"Lelah?"

"Sedikit dan agak terobati melihat wajah sebal anakmu" Aliya menghela nafas panjang.

"Kau tau aku agak kesal dengan dia, selalu seenaknya"

"Itu sebabnya aku melarang Mama dan papa terus membawanya menginap. Julian tidak boleh jadi anak manja dan menye-menye"

"Seperti papanya?" Tanya Aliya sarkas.

"Dulu sebelum menikah iya. sekarang tidak"

Spesies laki-laki yang Aliya benci adalah seperti Jimin, seenaknya sendiri dan manja. Maklum tunggal dan tidak pernah susah.

Dan sejak bersama Aliya Jimin berubah total. Laki-laki dewasa siap dengan segala masalah yang ada. Semua berubah total saat Jimin mendekati Aliya.

"Ya oppa berubah dan jika tidak aku tidak akan menikah denganmu" Aliya yang terbiasa mandiri didekati laki-laki manja, jelas dia memilih abai tapi Jimin terlalu gigih dan membuktikan jika dia bisa menjadi laki-laki tegas dan tidak menye-menye.

"Aish sudahlah, sekarang aku tanya, saat hamil Julian sayang benci aku?"

"Iya!!!"

"Hah?"

"Dengan semua relasi perempuan mu yang menempelkan payudaranya untuk tender, belum lagi ajakan minum setiap hari dari mereka tanpa peduli aku ada disebelahmu. Dan banyak perempuan yang menyindir ku terang-terangan karena menikah denganmu. Jelas aku membencimu selama Hamil Julian dan sekarang dia benar-benar mirip denganmu, dari sikap dan wajah. Kadang aku ingin menggilingnya jadi remahan nasi lalu kumakan"

"Serius?"

"Iya Oppa Fikir aku bohong? Makanya Julian sepertimu kan?"

"Astaga sayang seharusnya bilang bukannya diam?"

"Malas. Percuma juga, sudahlah Oppa. Sudah berbentuk manusia juga dia. Aku mengantuk, nyanyikan aku lagu pengantar tidur"

Jimin hanya mengangguk dan menyanyikan lagu kesukaan Aliya. Yah tidak ada yang bisa Jimin berikan selain ketenangan Aliya saat akan tidur dengan suaranya.

"I love you"

"More Papa" Aliya selalu membalas ucapannya dan Jimin tersenyum lalu memeluknya dan ikut masuk kedalam mimpi.

End

Kira-kira seperti ini penampakan baby Julian yang menyebalkan 😭😭😭

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang