Happy Reading.
+
Aliya menghela nafas untuk kesekian kalinya. Memperhatikan halaman belakang rumahnya dengan enggan. Seharusnya Aliya tenang setelah kembali ke Daegu tapi justru fikiranya terus berkecamuk dan Aliya seperti kebingungan.
"Eonni!" Aliya menoleh saat mendengar Ryujin memanggil namanya.
"Wae?" Ryujin mendekat dan ikut duduk disamping Aliya. Ikut juga memperhatikan halaman belakang rumah.
"Memikirkan Jimin?" Pada dasarnya Aliya tidak bisa berbohong pada Ryujin. Bocah ini selalu berhasil menebak fikiranya.
"Entahlah. Aku juga bingung!" Ryujin menepuk bahu Aliya membuat Aliya menatapnya.
"Fikirkan keputusan Eonni dengan baik. Ada kalanya egois harus dipertimbangkan. Keegoisan akan membawa keburukan. Aku mengerti jika Eonni sakit hati dengan Jimin tapi memusuhinya juga tidak benar. Kalian masih suami istri. Apalagi dengan adanya dia, Eonni tidak bisa berpisah begitu saja. Dia perlu ayah dan sampai kapanpun Eonni tidak akan bisa membiarkan kasih sayang ayah padanya jika memisahkan mereka!" Aliya diam mendengar ucapan Ryujin. Mustahil jika kata-kata Ryujin tidak mempengaruhinya. Aliya memang memikirkan itu.
"Jimin juga ingin kembali dengan Eonni!" Aliya menghela nafas dan menatap Ryujin.
"Aku takut terluka!"
"Jika kita ingin merasakan cinta. Maka kita harus siap terluka. Itu hukum alam Eonni dan hal seperti itu biasa. Itu bisa menjadi bekal untuk kita menghadapi masalah cinta kedepannya!" Aliya mengangguk mengerti. Benar kata Ryujin.
"Ada Halmonie Park dibawah!" Cetus Ryujin.
+
"Hati-hati Halmonie dan Ryujinnie jangan membuat banyak ulah!" Aliya melambaikan tangannya pada Halmonie dan Ryujin yang menjauh dari Rumahnya. Yah Ryujin dibawa ke Jepang oleh Halmonie Park, urusan penting katanya. Aliya hanya mengiyakan saja.
"Rumah tidak akan sepi ditinggal Ryujin. Ada aku!" Aliya menghela nafas panjang merasakan tangan Jimin yang melingkar di pinggangnya.
"Aku tidak memberikan ijin untuk memelukku!" Jimin tersenyum tipis dan mencium telinga Aliya.
"Dan aku tidak perlu ijin untuk memeluk tubuh istriku!" Aliya melotot saat Jimin menggendongnya. Ya Tuhan pria ini.
"Turun!" Jimin menggeleng tidak mau. Berjalan menjauh dari pintu dan menuju kamar Aliya. Aliya tentu sana berontak agar turun.
"Awas jatuh. Aku tidak tanggung jawab ya!" Aliya mendengus dan mengalungkan tangannya dileher Jimin. Jimin tersenyum puas dan mempercepat langkahnya.
"Bagaimana dengan Ji Yeon!" Wajah Jimin berubah keruh saat Aliya menanyakan Ji Yeon. Meletakkan tubuh ke atas ranjang dan akan berlalu, tapi tangannya ditahan lebih dulu oleh Aliya.
"Aku tanya!" Jimin menggeleng dan mencoba melepaskan tangan Jimin tapi suara Aliya menghentikan kegiatannya.
"Boleh melepaskan tangan ini, tapi setelahnya pergi dari sini dan jangan kembali!" Jimin memejamkan matanya sesaat dan akhirnya duduk disamping Aliya.
"Dia ikut ibunya!" Jawab Jimin datar.
"Reaksimu?"
"Membiarkannya. Lagi pula dia bukan anakku!" Aliya tau jika Jimin pura-pura tidak peduli. Aliya tau sesayang apa Jimin pada Ji Yeon.
"Jangan menutupi kesedihan hatimu. Aku tau kau keberatan dengan kepergian Ji Yeon!" Jimin menunduk lesu dan mengusap perut buncit Aliya.
"Aku akan ada pengganti Ji Yeon dan aku akan baik-baik saja setelah anak kita lahir. Jangan fikirkan aku. Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu waktu untuk beradaptasi. Aku yakin akan cepat, seperti kecepatan kau menerimaku kembali. Sayang aku baik-baik saja!" Aliya membuang pandangannya kearah lain. Membiarkan Jimin mengusap perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot Collection
Teen FictionOne shoot. Kumpulan one Shoot, dari mulai Happy, Sad, Family, dan Angs.😆 Cast akan muncul sesuai jalan cerita.😊 Stay ini here😌