42. I Want Mama End.

5.6K 244 8
                                    

Happy Reading.

*

"Daddy" teriakan Minji menggema dalam rumah. Pakaian sekolah lengkap dan rambut yang masih rapi.

"Nona mencari Tuan?" Minji mengangguk pelan. Minji ada perlu dengan ayahnya.

"Tuan ada di dapur" Dapur? Untuk apa? Ayahnya itu antis melakukan apapun di dapur. Makan saja harus dilayani kadang disuapi Mama-nya. Dan sekarang didapur?

"Membuat Makanan untuk Nyonya. Nyonya ngidam dibuatkan makanan oleh Tuan" detik berikutnya Minji tertawa keras. Ia tau sekarang, Daddy-nya memang akan menuruti semua ucapan Mama-nya apapun itu.

"Minji susul Papa dulu nde Ahjumma" Minji berlalu dengan wajah riang. Menuju dapur untuk menyapa Ayahnya. Lebih tepatnya mengejek. Kesenangan untuknya bisa mengolok-olok ayahnya.

"Daddy?"

"Disini sayang" itu suara Aliya. Minji semakin mempercepat langkahnya untuk menuju keduanya.

"Mama?" Minji memanggil Aliya yang duduk diam dikursi samping kulkas.

"Sini sayang" Minji mendekat tepat samping ibunya. Sontak Aliya langsung mengangkat Minji agar Duduk dipangkuanya.

"Daddy Masak?" Tanya Minji yang sibuk memperhatikannya Jimin yang berkutat dengan peralatan dapur.

"Hem. Dongsaeng-mu ingin masakan ayahnya" Minji mengurai senyum manis dan mengusap perut ibunya yang sudah membuncit.

"Kapan Mama pergi melihat adik lagi?" Aliya terlihat berfikir.

"Entahlah. Mungkin sekitar 2 Minggu lagi. Minji mau ikut?" Minji mengangguk antusias. Ia memang suka melihat adiknya.

"Apa Mama yakin Daddy bisa? Lihatlah. Daddy bahkan sudah menghancurkan dapur itu" Minji menunjuk ke arah Jimin yang sudah benar-benar berantakan.

"Biarkan saja sayang. Itu urusan Daddy oke?" Minji hanya mengangguk. Itu memang bukan urusannya. Biar Daddy-nya nanti yang membersihkan itu. Dan Daddy yang membuat kekacauan.

"Daddy" akhirnya pandangan Jimin dan Minji bertemu. Jimin terlihat terkejut melihat Minji.

"Wae!" Minji mendesis melihat wajah ketus Jimin. Dasar ayah menyebalkan.

"Daddy membuat apa?" Jimin menunjukkan adonannya yang sudah hancur.

"Entahlah. Daddy tidak tau" Minji tersenyum mengejek. Menjulurkan lidahnya pada Jimin.

"Dasar Daddy Perusak dapur. Lihatlah dapur Ahjumma sudah seperti digunakan berperang" Jimin memperhatikan sekitar. Meringis saat menemukan sekitarnya yang sudah sangat berantakan. Benar-benar hancur.

"Lalu Daddy harus apa? Mama-mu ingin masakan Daddy" Aliya menaik-turunkan alisnya. Mendengar pertanyaan Jimin, Aliya ingin dengar jawaban Minji.

"Memang Mama ingin makan apa?" Tanya Minji memastikan.

"Apapun yang cepat" detik berikutnya Minji tertawa, menertawakan kebodohan ayahnya.

"Jika cepat kenapa Daddy harus ribut-ribut masak dan menghancurkan dapur. Masak saja sup instan atau ramen. Mama juga tidak menentukan Menu, huh dasar Daddy bodoh" dan Jimin menyesali tindakannya. Benar juga yang dikatakan Minji, kenapa dirinya harus ribut-ribut masak sementara ada banyak makanan instan yang sehat.

"Anakmu bahkan lebih pintar dari pada Oppa. Dia menangkap keinginan ku dengan cepat dan Oppa benar-benar lambat" dan Jimin hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Melihat Aliya yang menggendong Minji menjauh dari dapur. Meninggalkan dirinya yang meruntuki kebodohannya.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang