Happy Reading.*
Karena aku bukan orang sempurna yang bisa melupakan semuanya dengan mudah. Hati dan otakku sudah terpaku dengan ingatan masa lalu yang kelam dan melupakanya tidak semudah membalik telapak tangan. Mengucapkanya dengan kata-kata adalah sebuah kemudahan tapi melakukan dengan tindakan bukanlah sebuah kemudahan.
Dan berharap sesuatu yang semu dari sebuah kata-kata adalah sebuah kesalahan. Tidak seharusnya aku berkata iya. Kemudahan untuk membujukku membuatku sadar jika hidupku sudah tidak berharga lagi. Semuanya gelap dan tidak terarah apalagi dengan sebuah rahasia yang tersimpan rapat dalam diriku dan aku tidak berniat membaginya denganmu karena aku takut jika aku akan semakin membencimu.
Katakan saja aku bodoh karena memilih diam dan tidak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada kita. Rasanya aku seperti hidup dalam kegelapan dan entah sampai kapan akan kembali mendapat sinar dari matahari. Dibandingkan dengan dulu dan sekarang jauh dari kata sama. Jika dulu aku hidup dengan keceriaan tapi sekarang?. Hanya waktu yang akan menjawabnya.
*
Kata maaf memang sudah terlontar dari bibir Aliya beberapa kali tapi merubah sikapnya kepada Jimin yang ada disisinya kembali bukanlah sebuah kemudahan. Persahabatan, dinikahkan, permusuhan, salah faham, dan diakhiri dengan dirinya yang mengalah dan memilih pergi tapi masih saja hidupnya masih sangat sulit berjalan lurus.
Kembalinya Jimin disisinya juga bukan keinginanya. Aliya tidak pernah menuntut Jimin untuk kembali bersamanya bahkan Aliya menyarankan agar Jimin kembali memulai kehidupan barunya dengan wanita yang Jimin cintai. Aliya hanya ingin berjalan lurus tanpa halangan dari siapapun termasuk Jimin.
Seperti pagi ini dimeja makan keduanya hanya diam dan sama-sama sibuk dengan dunianya masing-masing. Aliya sibuk dengan makananya dan Jimin sibuk memandangi Aliya.
Aliya bukan orang bodoh yang tidak bisa mengerti situasi. Mata Aliya memang fokus pada makananya tapi hati dan fikiran Aliya tidak singkrom dengan apa yang dirinya kerjakan. Entah kenapa keputusan Aliya memberikan kesempatan pada Jimin adalah sebuah kesalahan yang besar menurutnya. Aliya tidak yakin bisa kembali berhubungan baik dengan Jimin walaupun dengan status teman dan bukan sahabat.
"Aku berangkat " ujar Aliya pamit dan langsung melenggang pergi meninggalkan Jimin yang menghela nafas pelan.
"Akan sangat sulit memasuki hatinya" Gumam Jimin pelan.
*
Aliya diam termenung dibalkon butiknya. Matanya menerawang jauh kedepan, entah kenapa Aliya tidak bisa fokus sama sekali akhir-akhir ini. Bahkan kehadiran Tzuyu yang ada diruanganya dari tadi juga tidak dirinya sadari.
"Cobalah terbuka!" Aliya tersentak saat mendengar suara Tzuyu.
"Kau disini?" Tanya Aliya kaget.
"Dari tadi Nyonya tapi anda saja yang terlalu fokus dengan lamunan panjang anda!" Sindir Tzuyu.
"Mian Tzu aku hanya kurang fokus akhir-akhir ini!" Gumam Aliya sambil mengusap wajahnya gusar.
Sedangkan Tzuyu yang melihat Aliya yang frustasi hanya bisa menghela nafas pelan. "Coba jujur!" Ujar Tzuyu sambil mengusap pundak Aliya.
"Jujur? Dengan Jimin? Tidak mungkin!" Putus Aliya langsung.
"Inilah yang salah darimu, kau memberinya kesempatan kedua tapi tidak mau terbuka padanya. Lalu apa yang kau harapkan dari ini? Hanya kebuntuan yang akan kau temui lagi!" Sentak Tzuyu sadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot Collection
Teen FictionOne shoot. Kumpulan one Shoot, dari mulai Happy, Sad, Family, dan Angs.😆 Cast akan muncul sesuai jalan cerita.😊 Stay ini here😌