60. Big Brother II

3.7K 259 22
                                    

Happy Reading.

°

"Ayah maafkan aku!" Dibawah kaki Kim Hyun Jae, Jimin bersujud. Memohon ampun pada ayahnya. Wajahnya sudah penuh luka lebam karena pukulan ayahnya. Rasanya sakit, hanya saja tidak sesakit saat Aliya mengabaikan dirinya. Jimin menyerah, kebisuan Aliya membuat Jimin menyerah dengan keadaan. Jimin tidak tahan menerima perlakuan Aliya yang terus menghindarinya.

Jimin mengakui perbuatannya, dimana dirinya meniduri Aliya dan Reaksi Kim Hyun Jae langsung menerjangnya dengan pukulan, sementara Yuna ibunya menangis mendengar pengakuannya. Jimin akan mengakhiri ini, mempertanggung jawabkan perbuatannya dan memulai semuanya dari awal. Jimin tidak tahan dengan kebohongan ini.

"Aku akan mempertanggung jawabkan ini dan aku akan bicara baik-baik dengan Aliya. Kumohon maafkan aku!" Sekali lagi Jimin memohon ampun pada Kim Hyun Jae. Dirinya dibawa kesini sebagai anak sulung tapi justru dirinya menghancurkan semuanya. Bahkan kehidupan Aliya.

"Pergilah selagi aku masih mengingat jika kau anakku. Dan bawa Aliya kemari. Aku juga ingin mendengar ceritanya!" Jimin mendongak menatap ayahnya. Mengangguk pelan dan bangkit dari posisinya dengan susah payah.

"Terima kasih ayah!" Jimin berlari keluar dari rumah dan menuju mobilnya. Tidak peduli dengan reaksi Aliya nanti, yang Jimin inginkan adalah memperbaiki kesalahannya.

Jimin merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Aliya tapi justru suara operator yang mengatakan jika ponsel Aliya tidak aktif. Jimin menghela nafas dan kembali memasukkan benda persegi itu disakunya.

"Entah apa reaksimu dengan ini? Aku hanya ingin meluruskan kesalahpahaman kita dan memulainya dari awal" munafik jika Jimin baik-baik saja dengan ulah Aliya. Jimin terluka dengan sikap kasar Aliya, saat Aliya mengabaikan dirinya dan lebih memilih memusuhinya.

Jimin masih ingat saat waktu itu, Aliya masih remaja dan sering mengunjungi kantor ayahnya. Aliya gadis yang sangat riang dan murah senyum. Aliya saat itu masih remaja labil, baru berumur 14 tahunan saat Jimin baru masuk kekantor.

Jimin ingat saat Aliya pertama kali menyapanya, tersenyum lembut dengan gigi kelincinya. Mengulurkan tangannya pada Jimin dan memperkenalkan dirinya sendiri dengan riang. Itulah saat Jimin pertama kali kagum dengan seorang gadis kecil. Yah Jimin menganggap Aliya gadis kecil, gadis lugu yang murah senyum.

Aliya sering datang dan menyapanya saat menjabat sebagai sekertaris ayahnya. Aliya sering membawakan bekal untuk ayahnya dan Aliya tidak lupa membawakan bekal juga untuknya.

Jimin fikir saat ayahnya mengatakan akan mengadopsi dirinya sebagai anak semua pasti akan baik-baik saja dan Aliya bisa menerimanya lalu mereka bisa semakin dekat. Tapi fikiran Jimin meleset, saat dirinya resmi dinyatakan sebagai anak sulung Kim, Aliya memusuhinya, terus berlalu dengan wajah tidak peduli. Mengabaikan kehadirannya dan terus saja menganggap dirinya tidak ada.

Jimin fikir itu hanya akan bertahan beberapa bulan tapi kembali perkiraannya meleset. Sudah 2 tahun mereka tinggal bersama dan Aliya tidak berubah. Aliya masih saja memusuhinya dan membencinya.

Aliya tumbuh menjadi gadis cantik dan menawan, Munafik jika Jimin tidak menaruh perasaan pada Aliya yang notabenenya adalah Saudara tirinya. Jawabannya pasti, Jimin tertarik pada Aliya bukan sebagai kakak tapi sebagai laki-laki pada wanita.

Jimin berharap disetiap ulang tahunnya yang dirayakan Aliya selalu datang dan memberikan pelukan hangat atau sekedar ucapan selamat. Tapi tidak pernah sekalipun demikian terjadi. Aliya tidak pernah datang pada hari ulang tahunnya, Aliya memilih menginap di rumah temannya dan pulang 2 hari setelah ulang tahunnya.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang