47. Sorry II. I've not loved you

5.1K 273 14
                                    

Happy Reading.

*

'Bugh' Tubuh Jimin jatuh terhuyung saat Taehyung memukulnya secara membabi buta, tidak ada yang memisahkan keduanya. Jimin juga tidak membalas pukulan Taehyung.

"Lagi Tae" Taehyung mencengkram kerah baju Jimin. Mengontrol nafasnya dan bersiap memukul Jimin, tapi terhenti melihat senyum diwajah Jimin. Tangan Taehyung sempurna terluka dan wajah Jimin sudah penuh dengan luka.

"Kau Bajingan" Jimin Tersenyum dan membuka matanya. Menatap Taehyung dengan sorot mata kosongnya. Satu Tahun Jimin hidup dengan sorot mata seperti ini. Tidak ada yang tau alasan kenapa Jimin jadi Kevin diam, dan setelah pertunangan Minji digelar Jimin membongkar semuanya. Kebohongan Aliya dan mengakui jika anak yang dikandung Aliya adalah benihnya.

"Bukankah lebih baik kau memukul aku lagi. Aku ingin mati. Aku putus Asa tidak menemukan adikmu" Jimin putus asa. Dihantui rasa bersalah dan cinta membuat Jimin berulang kali berfikir jika kematian adalah jalan terbaik. Jimin sudah melakukan banyak hal untuk menemukan Aliya, tapi tidak ada hasil sama sekali. Surat pemeriksaan dokter dan testpack yang Alia berikan masih Jimin simpan rapi. Jimin menyimpan benda itu untuk mengingatkan jika dirinya punya anak dengan Aliya. Jimin tidak lebih dari laki-laki pengecut yang merindukan Aliya. Merindukan seseorang yang dirinya nodai dan dirinya hancurkan masa depannya.

"Kenapa Oppa melakukan itu?" Jimin menatap Minji. Tatapan memohon dan bersalah. "Aku mengucapkan sesuatu yang melukainya dan dia pergi tanpa berniat kembali. Aku mencarinya tapi tidak ada hasil apapun. Aku ingin dia Ji-ya. Katakan dimana dia. Kumohon, biarkan aku menebus semua kesalahan yang kulakukan. Setidaknya biarkan aku membahagiakan dia anak kami. Aku ingin melihat anakku" Minji menggeleng tidak percaya dan menatap kecewa Jimin.

"Kau terlambat. Aliya sudah tidak tinggal di Jeju lagi. Seminggu setelah melahirkan anaknya dia pergi dan aku tidak tau dia kemana. Bahkan dari kami tidak ada yang tau" Jimin menangis. Lagi kenapa harus terlambat. Seharusnya Jimin langsung mengakuinya waktu itu. Mengakui kesalahannya dan pasti mereka sudah berkumpul bersama. Tapi karena kebohongan itu Jimin kehilangan mereka lagi.

Jimin terisak dan yang lain hanya menatap Jimin dengan pandangan kosong. Jimin bisa menangis, apa selemah itu Park Jimin? Ditinggal Aliya membuat Jimin Seperti kehilangan jiwanya.

"Apa itu hanya rasa bersalah? Tangisan itu hanya untuk rasa bersalah kepada adikku?" Jimin tidak menjawabnya. Bibirnya masih terisak, menatap mata Taehyung dengan lelah.

"Aku benci disini Tae. Bisa kah bunuh aku?" Dan Taehyung melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Jimin, membuat Jimin jatuh berlutut dan Taehyung menyusul berlutut.

"Kau menodai adikku, menghancurkan hidupnya, membiarkan adik kecilku menderita. Menanggung semua tanggung jawab yang seharusnya jadi beban mu. Dan apalagi kehancuran yang kau berikan padanya? Dia bahkan masih melindungi mu sampai saat ini. Membiarkan dia dicaci dan kau hidup dengan tenang. Kenapa tidak kau bunuh dia sekalian Jim" Taehyung berteriak dan Jimin semakin menunduk. Jimin menyerah akan hidupnya. Jimin sudah tidak tahan dengan ini. Bukan masalah semuanya yang menyalahkan dirinya tapi karena tidak ada yang tau dimana Aliya.

"Tapi faktanya aku yang lebih menderita Tae. Aku menderita karena tidak bisa hidup denganya"

"Itu karena kau yang mengusir dia Brengsek. Bukk" Taehyung kembali memukul Jimin. Membuat tubuh Jimin jatuh tersungkur. Darah keluar dari hidung Jimin.

"Maka dari itu balas sakit hati yang Aliya terima dariku. Bunuh aku Tae. Aku lelah" Jimin memohon dengan suara lemahnya. Jimin tidak punya harapan untuk hidup lagi.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang