33. I Want Mama II

5.2K 264 2
                                    

Happy Reading.

*

Playlist Ballad Songs.

Antara kabar baik dan kabar buruk, semua campur aduk menjadi satu. Kebahagiaan yang tidak bisa diminta, dan kenangan masa lalu yang menghalangi semua.

Mendengar kabar jika Jimin dan Aliya yang akan segera menikah keadaan Minji berangsur membaik. Mereka bisa melihat dengan jelas wajah Minji yang selalu dihiasi senyum dan tawa selalu tercipta dari bibir mungil Minji. Minji semakin lengket dan tidak mau lepas dari Aliya.

Seperti hari ini, Minji menolak sarapan yang dari rumah sakit. Merengek dan terus memeluk Aliya, merayu Aliya agar tidak menyuapinya dengan makanan Rumah Sakit.

"Ya Mama. Minji tidak mau" melihat Minji yang menunjukkan Eye Smile padanya, Aliya hanya tertawa. Bagaimana bisa Minji seimut ini?

Melihat keakraban keduanya Jimin hanya bisa mengulum senyum. Andai ia juga bisa bebas bermanja-manja dengan Aliya, pasti akan sangat menyenangkan. Tapi itu hanya bayangan saja. Bukankah Aliya sudah bilang ini hanya demi Minji.

"Baiklah jika Minji tidak mau sarapan. Itu artinya Minji tidak jadi pulang sore ini. Tunggu besok ya?" Minji memekik tidak setuju. Ia mau pulang sekarang. Enak saja besok.

"Hanya sedikit yang penting perutnya terisi dan Minji bisa pulang sore ini" mengembungkan pipinya kesal dan akhirnya mengangguk. Aliya sontak langsung menyuapi Minji.

"Euh rasanya tidak enak" komentar Minji saat makanan itu masuk kedalam mulutnya. Tawar.

"Ayolah sayang. Ini tidak seburuk itu. Minji pasti bisa. Buka mulutnya lagi. Aaa~~~" memilih menuruti Aliya dan terus memasukkan makanan tawar itu kedalam mulutnya.

"Sudah Mama. Minji kenyang" Aliya Mengangguk mengerti. Minji sudah menghabiskan setengah dari mangkuk dan itu cukup.

"Mama Minji mau jalan-jalan" pinta Minji yang meringsut turun dari ranjang. Tapi ditahan oleh Aliya.

"Infusnya sayang. Bagaimana bisa Minji jalan-jalan?" Melihat kondisi ini Jimin mengambil tindakan untuk membawa Minji jalan-jalan dengan kursi roda. Tapi Minji menolak, ia mau digendong Jimin dan Aliya memegangi infusnya.

"Ayolah Mama" memilih menyetujui permintaan Minji dari pada mendengar calon anaknya merengek.

"Baik-baik. Mama pegang infus Minji" Minji tersenyum dan merenggangkan kedua tangannya pada Jimin. Jimin dengan semangat menangkap tubuh Minji dalam gendongannya. Aliya mengambil infus Minji dan berdiri tidak jauh dari Jimin.

"Mama jangan jauh-jauh. Dekat-dekat dengan Daddy" Aliya menghela nafas pasrah dan mendekat kearah Jimin.

"Ih itu jauh. Daddy rangkul pinggang Mama" kata Minji tegas dan Jimin dibuat kikuk dengan permintaan Minji.

"Bagaimana bisa sayang. Mama memegang infus dan Daddy menggendongmu. Itu sulit" bantah Aliya tapi Minji tetap ngeyel jika Jimin harus memeluk pinggang Aliya.

"Ayolah Daddy. Jika Daddy tidak mau merangkul Mama, Minji menangis" Minji sudah mengambil ancang-ancang untuk dan lagi mereka dibuat kalah dengan permintaan Minji. Akhirnya Jimin meraih Aliya dalam pelukannya dan tanpa sadar Jimin bisa melihat rona merah dipipi Aliya. Hah seperti Aliya malu berada dalam rangkulan Jimin.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang