85. Short!

5.4K 250 3
                                    

Happy Reading. 

*

Gadis bermata bulat itu menatap jengah pada laki-laki yang tengah menggulung tubuhnya didalam selimut, menarik nafas panjang dan menetralkan rasa kesal dalam dirinya. Ingat Baik-baik Aliya.

Choi Aliya, gadis dengan wajah kesal itu akhirnya menuju Kamar mandi, lebih baik membersihkan dirinya dari pada melihat Jimin yang masih tidur. Shin Jimin, laki-laki sialan yang terus saja merecoki hidupnya.

"Sabar Aliya"

*

"Bear aku lapar" Aliya diam dan terus memakan serealnya,  mengabaikan Jimin yang merengek dan mendekat kearahnya. Laki-laki tidak tau malu.

"Bear" Aliya mendengus melihat wajah manis Jimin yang ditunjukkan. Sialan. "Bear aku tau mendengar aku, oh ayolah aku benar-benar lapar. Aku tidak makan dari malam. Hanya Vodka yang masuk kedalam kerongkonganku"

Aliya menunjuk kesal kearah kulkas. Mulutnya enggan menjawab Jimin. "Masakkan Bear, aku sudah lama tidak makan masakanmu" Aliya ingin mengumpat Jimin. Kenapa selalu merepotkan dirinya.

"Minta saja Kekasihmu. Kenapa harus aku?" Jimin tertawa dan meraih tangan Aliya, walaupun langsung ditepis. "Kekasihku Aliya. Hanya dia"

"Bodoh" Aliya memaki Jimin dan meninggalkan Jimin begitu saja kearah dapur. Jelas memasakkan Jimin, menyebalkan mendengar suara Jimin.  "Yang banyak ya Bear. Aku benar-benar lapar"

"Berisik kau Shin Jimin" jelas Jimin menikmati kemarahan Aliya. Memang kemarahan Aliya adalah salah satu musik dalam hidupnya. "Manis sekali"

*

"Bagaimana jika pernikahan kalian dipercepat?" Aliya menghela nafas dan membuang Mukanya, menyebalkan mendengar kata-kata pernikahan padahal dirinya masih ingin bebas. Yang benar saja menikah dengan laki-laki menyebalkan seperti Shin Jimin.

Mereka berkencan, jelas karena cinta. Orang tua mereka tau dan mereka didukung penuh, hanya saja sikap Jimin yang masih suka menggandeng perempuan lain membuat Aliya geram dan selalu marah-marah. Aliya juga salah sih, karena sibuk dengan dunianya dan mengabaikan Jimin. Jadi Jimin sering bermesraan dengan wanita lain. Aliya jelas cemburu.

"Tidak. Aku tidak akan menikah dengan Jimin, dia masih perlu ilmu untuk jadi seorang suami. Bisa-bisa dia bawa perempuan lain saat sudah menikah denganku" jawaban Aliya memang tidak pernah disaring dan mereka cukup terbiasa.

"Asal kau selalu  buka kaki jika aku datang, maka perempuan lain tidak akan masuk ke rumah kita" dan jangan lupakan mulut  bangsat Jimin yang sama rusaknya. Lebih parah dari pada mulut Aliya. "Iblis sialan"

Jimin Hanya tertawa dan mengedipkan matanya lucu. Menyenangkan menggoda Aliya. "Mulutmu perlu disekolahkan lagi sayang"

"Tidak Mama. Ini hanya hal sepele, biar dia sadar agar tidak terlalu sibuk dengan laptop dan komputernya. Ingat jika aku juga butuh kasih sayang, jadi jangan protes saat aku minta kasih sayang dari perempuan lain. Dia juga harus berubah jika mau aku berubah. Adil kan?"

Suara Jimin pelan tapi cukup menohok Aliya. Alasan Jimin jadi Brengsek juga karena Aliya, Aliya juga ikut andil disini. "Kalian sudah dewasa jadi jangan bertengkar seperti anak kecil. Sayang kau juga harus fokus pada Jimin.  Dia calon suamimu, ingat itu" merasa dipojokkan Aliya meninggalkan mereka. Lebih baik pergi dari pada terus disini. Cukup bagi Aliya.

"Biarkan saja dia marah. Tidak akan lama, paling besok kembali baik"

*

Membujuk Aliya adalah hal yang terus Jimin lakukan jika selesai adu argumen. Jimin cukup mengerti akan karakter sang pujaan hati yang selalu ingin dikejar dan dibujuk. Dibandingkan dengan Aliya, Jimin lebih dewasa. Jelas dari sisi usia dan kematangan. Hanya saja Jimin masih sering memancing kemarahan sang kekasih.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang