Happy Reading.
*
Aliya POV.
Pagi diawali dengan hujan deras, dari Pagi jam 3 dini hari tadi hujan tidak berhenti menguyur bumi. Udara dingin menusuk membuat semua orang lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan di dalam ruangan ditemani dengan coklat panas dan menikmati indahnya pagi yang basah.
Ada perasaan nyaman saat melihat air hujan, perasaan nyaman yang selalu kurasakan, hujan membuatku mengingatnya. Mengingat dia yang mengisi hatiku, dia yang selalu ada di hatiku. Hanya dia.
Aku Aliya Kim! Anak yatim piatu yang tidak punya kedua orang tua. Bisa dibilang aku tidak tau siapa orang tuaku. Aku dibuang dipanti asuhan dan bagiku itu tidak masalah. Ini sudah bagian dari hidupku dan aku menerimanya. Umurku 23 tahun, aku bekerja tentu saja. Aku tidak punya sanak saudara yang bisa menyangga hidupku dan itu artinya aku harus mencari kehidupan sendiri.
Jika gadis yang lain lebih memilih dengan pria kaya untuk memperbaiki nasibnya, lain denganku, aku tidak terfikir untuk menikah diusia muda seperti ini. Yah walaupun ibu dipanti asuhan sudah menyuruhku untuk cepat menikah. Sayang aku tidak tertarik. Aku masih menunggu seseorang yang tidak mengenalku. Bisa dibilang aku gila, mencintai seseorang yang tidak mengenalku tapi ini aku. Mencintai tanpa keterangan jelas. Kurasa aku bodoh, ya aku memang bodoh.
"Park Jimin!" Aku selalu menyebut namanya disetiap melihatnya. Sama seperti kali ini, Aku melihatnya berjalan santai dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Aku hanya melihatnya dari jauh, melihatnya saat akan masuk ke kantornya. Yah dia adalah putra mahkota dan aku hanya orang jalanan. Jelas aku hanya berharap ribuan bintang jatuh jika mengharapkan Jimin. Tapi aku tidak peduli, yang aku tau aku mencintainya sekarang.
"Aliya Kim?" Aku menoleh dan menemukan Lee Chae Yeon temanku yang memanggilku. Dia satu-satunya temanku, dia bukan berasal dari panti asuhan, dia juga seorang putri hanya saja dia mau berteman denganku. Dan itu keberuntungan untukku.
"Kau bisa terlambat jika melihat dia terus!" Aku hanya tersenyum malu dan menunduk. Chae Yeon selalu membuatku malu dengan membahas Jimin. Aku bekerja di perusahaan ayah Chae Yeon, dan letak gedungnya hanya berjarak 5 gedung besar dari gedung perusahaan Jimin. Itu tidak terlalu jauh dan itu juga memudahkan aku melihat Jimin.
"Baiklah aku kembali bekerja" Chae Yeon tertawa dan menarik tanganku. Kami memang terbiasa Seperti ini, dan Chae Yeon tidak berhenti memperlakukan aku seperti anak kecil. Aku hanya diam, mungkin Chae Yeon nyaman seperti ini. Aku memang tidak pernah berkata tidak pada Chae Yeon. Bagiku dia segalanya, tentu setelah 3 nama lain.
"Ayah akan mengirimmu ke Jepang!" Langkah kakiku terhenti mendengar ucapan Chae Yeon.
"Ish dengar dulu. Hanya beberapa hari untukmu menyelesaikan proyek pembangunan disana!" Aku akhirnya kembali berjalan beriringan dengan Chae Yeon. Kami sibuk berbicara banyak hal, yah kebiasaan kami selalu membahas sesuatu dimasa lalu. Dan itu menyenangkan.
*
Aku meneliti setiap bangku yang tersedia disini, hari ini akan ada rapat untuk kelanjutan pembangunan di Jepang. Lebih tepatnya di Tokyo. Aku memang terbiasa berhadapan dengan Direktur dari perusahaan besar. Paman Jung selalu mengatakan jika aku tidak punya takut pada siapapun dan sepertinya itu benar. Aku memang tidak takut jika tidak salah.
Aku duduk di bangku yang tertera namaku, aku memang datang paling awal dari pada perwakilan perusahaan yang lain.
Beberapa saat kemudian ada beberapa perwakilan perusahaan lain yang datang. Kami saling menyapa dan menunduk, adat Korea memang tidak bisa dihilangkan walaupun kami tidak ada dinegara sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot Collection
Teen FictionOne shoot. Kumpulan one Shoot, dari mulai Happy, Sad, Family, dan Angs.😆 Cast akan muncul sesuai jalan cerita.😊 Stay ini here😌