63. Big Brother V.

4.1K 243 13
                                    

Happy Reading.

"Jim!" Aliya mencoba menginstruksi Jimin yang terus menariknya menjauh dari rumah. Entah kemana Jimin akan membawanya, padahal mereka baru pulang.

"Jim!"

"Diam Aliya. Aku tidak akan berhenti jadi jangan menahan ku. Aku bukan boneka yang bisa mereka atur. Siapa mereka? Datang-datang langsung mengaku sebagai keluargaku dan menyuruh ku menikah. Mereka gila!" Aliya menghela nafas mendengar ucapan pedas Jimin. Memilih mengikuti langkah kaki Jimin yang sedang marah.

Kedua orang tadi mengaku sebagai Paman dan Bibi Jimin, saudara dari orang tua Jimin yang sudah mati, mereka ingin membawa Jimin pulang dan meneruskan wasiat mendiang ayah Jimin untuk menikahkan Jimin dengan anak mereka. Jelas Jimin tidak setuju, memang Jimin barang yang bisa diperlakukan seenaknya.

"Bukankah kau ingin bertemu keluarga mu? Mereka sudah ada disini" Jimin tidak membalas ucapan Aliya. Lebih memilih terus berjalan menjauhi rumah ini dari pada terus bersama orang-orang yang memaksanya menikah dengan seorang yang tidak dirinya kenal.

"Jim!"

"Diam Aliya. Aku akan bertanggung jawab atas anak kita, aku hanya akan menikah dengan mu dan bukan wanita lain. Jadi jangan mengungkit apapun lagi didepanku. Diam turuti aku" Aliya diam mendengar ucapan kasar Jimin. Aliya tau jika Jimin marah dan sepertinya Aliya memang harus diam. Lebih baik menuruti Jimin dari pada membantah.

-

Aliya memejamkan matanya melihat Jimin terus memaksanya untuk menandatangani surat pernikahan mereka, Pernikahan macam apa ini. Pernikahan negara.

"Cepat!" Aliya menghela nafas dan akhirnya membubuhkan tanda tangan pada kertas itu. Jimin terlihat tersenyum puas dan menyerahkan kertas itu pada pengacaranya.

"Buat buku nikah kami dan ya kirimkan ini pada dua orang yang mengaku sebagai keluargaku. katakan jika aku sudah menikah!" Aliya menghela nafas mendengar ucapan Jimin. Masalah apa lagi ini? Jimin berniat mengibarkan bendera perang pada mereka. Ya Tuhan Park Jimin.

"Sekarang kita pulang?" Ajak Jimin yang menarik tangan Aliya.

"Kerumah ayah?" Jimin menggeleng dan terus saja berjalan.

"Kerumah kita. Aku sudah lama menyiapkan rumah pribadi untukmu sebenarnya. Tapi karena kita sudah menikah jadi aku akan meninggalinya denganmu. Rumah kita!"

"Sejak kapan?"

"Baru beberapa bulan setelah ulang tahun mu. Aku menyiapkan itu untuk kado ulang tahun!"

+

"Aku sudah membuat keputusan ayah. Aku akan tinggal disini dengan Aliya untuk beberapa saat. Dan ya aku ingin menyelidiki mereka dulu, aku tidak bisa langsung percaya pada mereka begitu saja. Lagi pula mereka itu apa? Datang-datang menawarkan pernikahan. Mereka fikir aku barang!" Aliya hanya diam mendengar Jimin yang terus berbicara pada ayah mereka. Aliya ada dalam pelukan Jimin dan keduanya berbaring diatas ranjang.

Aliya mengikuti perkataan Jimin untuk tidak terlalu ambil pusing masalah tadi. Tidak penting. Lagi pula Aliya hamil dan tidak boleh memikirkan banyak masalah. Benar bukan.

"Aku dan Aliya sudah menikah secara negara. Dan untuk pernikahan sakral kami biarkan terjadi setelah masalah ini selesai. Aku tidak mau terjadi sesuatu pada Aliya. Kuharap ayah mengerti!" Aliya mendongak menatap Jimin, dan saat mata mereka bertemu Jimin langsung mencium keningnya. Tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada pinggang.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang