104. You Know?? Ending.

2.3K 155 13
                                    

Happy Reading.

*

Meneruskan beberpa bab yang terbengkalai bertahun-tahun ya. Ini kayaknya di nomer 78 deh yang pertama, jadi kalau lupa coba kesana dulu baru baca ini.

Ngokey.

Otakku mulai mencari jalan cerita untuk semua yang belum selesai. Doakan lancar. Mumpung lagi dikurung, jadi ngisi waktu luang ajah.

Bye-Bye.

*

Tidak ada yang tau sampai dimana batas umur manusia. Hembusan nafas setiap detik, kehidupan yang terjadi adalah rahasia alam. Poros kehidupan yang sudah ditulis dengan semestinya. Ditulis dengan sempurna oleh sang pencipta. Menjadi boneka yang hanya menjalani kehidupan sesuai takdir.

Hanya bisa menjalani tanpa boleh protes atau mengeluh. Adil bukan.

Salju turun diawal januari, membuat udara berada pada titik terendah. Menggulung diri diselimut dan ditemani perampian serta coklat hangat. Ini adalah waktu liburan terbaik bersama keluarga.

"Ingin tambah coklat lagi sayang?" Menikmati waktu dengan beberapa perawat dibelakangnya. Dengan selimut tebal serta pakaian rumah sakit yang menempel sempurna di badannya. Dengan tiang infus yang bergantung terus disekitarnya. Ditemani sang ibu yang setia menunggu dirinya. Aliya memilih melihat salju turun untuk pertama kali setelah tertidur hampir 10 bulan lamanya.

Yah tuhan ingin Aliya istirahat dengan semua ini. Menutup mata untuk meredam semuanya. Menahan sakit dari hal yang dirinya alami.  Tuhan memberikan kehidupan kedua padanya. Aliya bersyukur dengan itu, walaupun diawal sempat ingin menyerah dan memilih mati. Tapi tuhan masih menyiapkan satu fase hidup untuknya.

Banyak yang ingin dirinya hidup dan selamat. " Tidak Eomma. Ini cukup" Aliya memperlihatkan cangkir yang sisa seperempat. Setelah lama lidahnya tidak mengecap  manisnya coklat. Aliya sedikit merasa aneh dengan indra perasanya.

"Dan waktunya kembali ke kamar sayang. Suhu udara semakin turun" anggukan kecil Aliya membuat kursi rodanya ditarik ke belakang.. mengarah untuk kembali ke tempat penjaringan dirinya selama 10 bulan. Terlalu lama.

"Eomma bersyukur kau diberikan kesempatan kedua" senyuman tipis Aliya menjadi jawabannya. Memilih diam dan fokus kedepan.

Dalam hati Aliya juga mengucap syukur kepada Tuhan yang memberikan anugerah ini. Aliya tau caranya berterima kasih.

"Sayang..."

"Ya?"

"Kau...."

*

"Kalian kekanakan" tawa mereka terdengar keras saat Aliya mengumpat. Aliya benci hal-hal manis dan mereka menyiapkan kejutan yang membosankan. Tuhan.

"Hanya itu?" Aliya mengangkat bahunya acuh dan berjalan masuk kedalam rumah yang mereka siapkah kejutan. Sedikit berantakan dengan ceceran sampah kejutan. Seperti anak-anak.

Aliya pulang lebih cepat, tidak tahan hanya diam dirumah sakit tanpa melupakan apapun. Aliya tidak bisa diam saja. Masih ada sekolah yang harus dirinya selesaikan. Lagipula dirinya sudah sembuh walaupun masih ada bekas diperutnya. Tidak masalah.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang