97. Daddy 5!

12.6K 402 109
                                    

Happy Your Reading.

*

See salam 200 ya. Oke makasih buat semua tantangan yang sudah terpenuhi dan kali ini juga sama yes.

200 lagi aja, ini angka Like terakhir pada puncak ff ini, dan ini berlaku di bab selanjutnya.

Dan terima kasih sudah seantusias pada bab receh ini. Ah ya mungkin jika ada gambar-gambar yang kurang berkenan di Skip aja. Tontonlah yang semestinya.

*

Dua hari berlalu dan Se Yoon belum juga pulang, Aliya dan Jimin jelas gugup saat saling bersama satu sama lain. Kejadian itu tidak bisa mereka lupakan, jelas karena ikatan yang tidak jelas dengan status sebagai ayah dan anak.

"Aliya?"

"Uhm"

"Sarapan dulu, kau melewatkan makan dari kemarin" Aliya menghela nafas saat melihat beberapa hidangan sarapan yang dimasak Jimin, memang benar Jimin masak dari kemarin hanya saja Aliya berlalu dan mengabaikannya.  Siapa yang bisa makan dengan tenang dalam keadaan ini.

Astaga.

"Tentu" Aliya akhirnya mendudukkan dirinya tepat dikursi biasanya. Mengambil berapa makanan untuk ditaruh pada piringnya.

"Mama tidak memberi kabar?" Jimin menggeleng, beberapa kali mencoba menghubungi Se Yoon tapi tidak ada hasilnya. Se Yoon memberi kabar pagi setelah dirinya dan Aliya selesai melakukan itu. Itupun hanya pesan yang mengatakan jika akan sibuk dan tidak janji bisa menghubungi.  Jimin jelas maklum.

Perjalanan Se Yoon seharusnya 5 hari dan ini sudah hari ke 3. Kalau tidak meleset 2 hari Se Yoon akan sampai dirumah, jika tidak ada kemajuan atau kemunduran ya. " Kau memikirkan sesuatu?" Aliya sontak menatap Jimin. Menggeleng pelan.

"Mungkin aku akan mengaku dalam waktu yang tidak dekat. Kau mau bersabar?" Aliya meringis miris, memang ini keputusan mereka untuk mengatakan apa yang terjadi pada Se Yoon, Jika mereka tidak mengatakannya pasti Se Yoon akan tau dan ini akan semakin menyakitkan.

"Apapun itu Jim. Lagi pula aku juga harus menyiapkan semuanya" pembicaraan ini memang menyusahkan, dosa mereka sudah terlampau besar. Aliya bisa gila memikirkan itu. Astaga.

"Habiskan sarapanmu. Ini sudah siang" Aliya hanya berdehem pelan.

*

"Hyung?"

"Hem?"

"Kau tampak aneh beberapa hari ini. Wae? Apa karena Hyungsunim yang belum pulang?" Jimin mengangguk pelan. Tidak ada yang bisa dirinya bicarakan pada Ji Hyun, anak ini kurang lebih seperti ibunya dan akan merepotkan jika Ji Hyun tau apa yang terjadi. Pilihannya adalah diam.

"Ah kau benar-benar cinta Ya padanya? Andai saja kau tidak menikah dengan dia aku mungkin bisa mendekati Aliya" Jimin sontak saja menantap Ji Hyun, apa yang baru saja Ji Hyun katakan?

"Kau tau baru kali ini ada seorang gadis yang mengabaikan aku dan lagi dia terlihat sangat kaku. Benar-benar seperti tantangan jika dia menjadi milikku. Ah sayang sekali dia jadi keponakan ku" Jimin diam merenung, ini memang kenyataanya, Aliya terlampau dingin dan pasti akan sangat sulit mendapatkannya.

Mungkin beberapa orang akan tertantang pada Aliya dan Jimin juga. Hanya saja Aliya anak tirinya, anak tiri yang sudah dirinya tiduri.

"Kembalilah bekerja Ji Hyun-ah. Aku sibuk" ketus Jimin, akan berbahaya jika terus ada pembicaraan mengenai Aliya. Jimin bisa lost kontrol.

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang