116. 🪷

645 39 1
                                    

Happy Reading.

"Lia kau tidak lelah mengejarku?"

"Ani. Wae?"

"Gadis keras kepala"

+

"Morning calon suami" pagi hari sudah direcoki gadis menyebalkan ini. Si manja yang selalu datang dan memasak untuknya, meski sudah jutaan kali ditolak tapi dia bebal sekali.

"Terserah kau saja" Jimin sudah siap dengan setelah kerjanya. Hari Senin setelah libur 2 hari. Jimin harus kembali bekerja.

"Oppa mau makan apa?"

"Terserah kau saja" Aliya tersenyum dan menyiapkan makanan Jimin, dari mulai kopi dan sandwich untuk sarapan. Terlihat seperti istri sungguhan bukan, Aliya benar-benar gigih soal niatnya menjadi istri Jimin.

"Sandwich Tuna tanpa tomat. Cha Oppa" memberikan piring pada Jimin dan segelas kopi pahit untuknya. Aliya sendiri hanya sarapan buah saja. Aliya terbiasa sarapan buah.

"Oppa minta uang…" Aliya mengulurkan tangannya dan Jimin memberikan kartu kredit padanya. Aliya akan belanja keperluan kulkas Jimin. Mirip keluarga bahagia bukan, sudah ribuan kali dilarang tapi dia keras kepala dan akan merengek bahkan sampai menangis jika tidak dituruti. Jimin yang sudah hafal tabiat Aliya malas meladeninya, lebih baik diberi dari pada pertengkaran atau drama yang Aliya mulai.

Mereka tumbuh dilingkungan yang sama, keluarga sama-sama dekat dan Aliya sudah suka Jimin dari SMP kelas 2 dan sampai saat ini umurnya 23 tahun masih gigih, terhitung 8 tahun Aliya suka Jimin.

Aliya sebenarnya bukan gadis manja yang suka minta hal-hal aneh, Aliya pandai melakukan segala hal. Masak, membersihkan rumah dan mengurus rumah. Si bungsu ini memang gampang belajar sesuatu dari dulu dan orang tua Jimin suka pada Aliya juga.

"Aku tidak mau menjemputmu nanti…"

"Tenang saja. Supermarket sekarang dilengkapi layanan antar belanjaan, Oppa tidak perlu repot. Oh ya Oppa pulang jam berapa?"

"Jangan masak makan malam atau tidur disini. Aku ada janji dengan kolega"

"Baiklah" Jimin tidak pernah berbohong untuk menghindari Aliya, jika rapat memang benar rapat.

"Besok?"

"Kau ini mahasiswa tingkat akhir. Fokus saja pada kuliahmu. Alex memintamu untuk S2 di Inggris kan?"

"Ah shireo, jika aku ke inggris kita tidak akan bertemu untuk waktu lama. Aku akan bilang pada Papa untuk buka Coffe Shop saja. Aku sudah malas sekolah" dumel Aliya sebal.

"Coffe Shop?"

"Hem. Aku akan ambil sertifikat barista lalu buka Coffe Shop, tapi hanya melayani Take Away jadi aku tidak perlu banyak pegawai atau yang lain. Aku akan mengurus semua sendiri"

"Dimana kau buka?"

"Depan kantor Oppa. Kudengar itu disewakan" gumam Aliya pelan.

"Ah pantas beberapa waktu lalu kau mondar mandir disana. Kau mengusir cafe disana ya?" Heboh Jimin karena memang seminggu lalu melihat Aliya mondar-mandir di cafe depan kantornya.

"Ya mana ada. Aku hanya memberikan opsi pada mereka, cafe mereka sepi dan selalu rugi, aku kembalikan uang sewa agar mereka tidak rugi" dalih Aliya tidak mau disalahkan.

"Kau ini benar-benar, tidak lelah menguntit aku setiap pagi masih saja mau menguntit saat aku bekerja" ketus Jimin sebal.

"Hei aku bekerja ya. Disana juga tidak ada Coffe shop, aku membuka usaha. Enak saja Oppa bilang menguntit. Dasar"

One Shot Collection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang