7: Terungkap

812 38 0
                                    

Tutttt. Tutttt. Tutttt.

Nomor yang anda tuju tidak menjawab. Silakan coba beberapa saat lagi.

"Arrghh kamu kemana sih?" Sudah tiga hari berlalu Tian kehilangan kabar dari Ria. Terakhir kali ia berkunjung ke rumah kakeknya dan berujung diare, ia tahu bahwa satai tersebut dikirim oleh Ria.

"Ayo Christ, sebentar lagi kita mulai shooting," ujar salah satu staf yang masih melihat Tian berada di luar ruangan.

"Oh, iyaa."

GMC melakukan taping untuk acara variety show milik mereka sendiri. Acaranya berupa games dan terdapat kompetisi di dalamnya. Mereka sudah menjalani 141 episode yang tiap episode tayang seminggu sekali.

Acara mereka dinamakan playing with GMC dengan penonton di platform youtube bisa mencapai 5-10 juta dalam sekali penayangan.

Sepanjang taping mereka semua menjalani dengan suka cita dan canda tawa yang memenuhi ruangan. GMC memang dikenal dengan kerecehannya. Setiap shooting yang dilakukan mereka pasti selalu ada canda tawa.

"Yan fokus shooting dulu yuk. Nanti lagi mikirin permasalahan lainnya setelah selesai ini," ujar Januar pada Tian yang seperti kehilangan fokus. Bukan seperti Tian yang biasanya.

"Ah iyaa Jan, maaf." Tian mengusap wajah dengan kedua tangannya.

"Izin ke toilet dulu ya," pamit Tian pada siapa saja yang mendengarnya.

Para member yang melihat Tian seperti kehilangan arah mulai bertanya-tanya. Ada masalah apa yang tengah dihadapi Christian saat ini?

Begitu Tian tiba di kamar mandi dan berdiri di depan cermin, segera ia membasuh wajahnya untuk menjernihkan sedikit pikirannya.

"Tenang Tian, Ria akan baik-baik saja. Dia sudah bersama keluarganya kan? Atau dia bahkan sudah pergi bekerja? Kamu juga harus fokus bekerja!" ucap Tian pada pantulan dirinya di cermin.

Tian sangat mengkhawatirkan Ria karena terakhir kali mereka berpisah tidak dalam keadaan yang baik. Apakah Ria sudah membaik? Apakah Ria sehat? Apakah Ria sudah kembali menjalani rutinitasnya? Dan lainnya yang berkeliaran di pikirannya saat ini.

Beberapa menit berlalu dengan keterdiaman Tian. Ia sedang meresapi perasaannya. Tian sedang mencoba mengalihkan sedikit kekhawatirannya tentang Ria dan mengembalikan fokusnya.

"Perasaanmu valid kok Yan, gue tahu ini berat. Di saat kita lagi penuh kegundahan tapi harus tetap tersenyum dan tertawa di hadapan kamera demi penggemar kita. Nanti setelah shooting selesai you can take your time," ujar Septa yang memang sengaja menyusul Tian ke kamar mandi.

Tian terkejut mendengar suara Septa yang berada di sampingnya dan tengah merangkulnya. Tian terlalu larut dalam pikirannya sendiri hingga tak menyadari bahwa Septa sudah bergabung dengannya dan mendengar perkataannya.

Tian mengubah posisi menjadi memeluk Septa. Ini yang sebenarnya ia butuhkan. Pelukan yang menenangkan walaupun tak dapat menyelesaikan masalah. Setidaknya perasaannya sedikit tenang.

Septa menepuk punggung Tian untuk menguatkan. Statusnya sebagai anggota tertua dan berusaha menjadi sosok abang yang mengayomi keenam member  lain yang sudah Septa anggap sebagai adik kandungnya sendiri.

"Udah yuk, balik shooting lagi." Septa mengurai pelukan mereka dan menggandeng Tian untuk kembali ke lokasi.

Tian kembali fokus dan menyingkirkan sejenak Ria dari pikirannya. Ia harus profesional dan harus bahagia untuk beberapa jam ke depan di depan kamera.

"Hallo, nanti ke Intrafood dulu ya pak," ujar Tian pada supirnya- Pak Yos melalui sambungan telepon begitu sutradara mengatakan "cut", yang berarti shooting hari ini sudah selesai.

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang