25: Wira

314 23 0
                                    

“Ria, bisa gantiin gue ke Monokrom, gak? Mereka mau pemotretan untuk photo card,” ujar Candra di jam 3 sore. Tidak ada tanggapan yang berarti dari Ria, ia tetap fokus mengerjakan berkas di hadapannya. 

Candra mencoba berbicara lagi. “Ria, how?” 

Meletakkan berkasnya dan melihat ke arah Candra dengan tatapan malas. “Iya.”

“Thank you banget, Ri. Gue kabarin ke orang Monokromnya kalau lo yang datang,” ujar Candra dengan semangat. Ia harus menyelesaikan pekerjaan yang sudah ditagih, maka dari itu Candra meminta Ria untuk menggantikannya ke Monokrom. 

Ria baru keluar dari gedung Intrafood tepat pukul empat sore. Pekerjaannya baru selesai dan ia tak melakukan konfirmasi apapun dengan Monokrom. Biarlah, ia sedang malas sekali bertata krama hari ini. 

“Pakai free pass saja, Ton. Aku malas mengikuti prosedur,” ujar Ria di tengah perjalanan mereka menuju Monokrom. Ria tidak tahu apakah GMC sudah menyelesaikan pemotretannya atau belum, yang penting ia sudah datang. 

“Baik, Nona.” 

Ria memejamkan mata dan bersedekap seolah ingin melindungi dirinya. Ria sudah minum obat, tapi tidak berefek sedikit pun. Ria masuk ke dalam fase defense. Rasanya semua orang pasti akan menyakitinya jika ia berhadapan dengan mereka, maka dari itu ia tidak banyak bicara sedari tadi dan tidak berlama-lama untuk mengikuti prosedur yang ada. Ini bahaya, siapa saja yang melewati batas yang sudah Ria buat, pasti akan dihajar oleh Ria. Efeknya bukan menyakiti dirinya lagi, tapi sudah orang di sekitarnya. Makanya Ria menarik diri dari sekitar dan  menyendiri agar tidak ada yang terluka. Ia belum bisa mengontrol fase tersebut, pengobatannya masih panjang dan entah kapan akan selesai. 

Mobil berhenti di parkiran basement yang seharusnya tidak diperbolehkan untuk tamu, tapi Anton menunjukkan kartu free pass, sehingga dibiarkannya mereka lewat. Ria keluar dari mobil dengan mempertahankan posisi bersedekap dan berjalan terlebih dahulu. 

Anton menahan lengan Ria dan refleks kepalan tangan Ria siap menghantam wajahnya jika saja ia tidak sigap menahan. “Tenang, Nona. Tunggu Bonnie dulu, nanti dia yang ditahan dan tidak bisa ikut masuk,” ujar Anton dengan tenang. Ria sedang tidak menguasai dirinya saat ini. 

Bonnie menyerahkan masker medis pada Ria dan tidak ada tanggapan yang berarti. Ia langsung memakaikannya ke wajah Ria. Mereka berjalan beriringan memasuki lift untuk sampai di lobi. Mereka tidak tahu aksesnya jika langsung menggunakan lift petinggi Monokrom atau lift artis Monokrom yang berada di basement. Jadi, mereka memilih menggunakan lift yang berada di lobi. 

Begitu tiba di lobi, Ria langsung berpindah ke lift yang akan mengantarnya ke studio GMC melakukan pemotretan. Terlihat security yang mencoba menghentikan Ria tapi tidak sempat karena pintu lift sudah tertutup. Tidak boleh ada yang menggunakan lift artis Monokrom bahkan staf Monokrom sekali pun. Beruntung Anton dan Bonnie sempat masuk ke dalam lift bersama Ria. 

Lift berhenti di lantai delapan dan Ria keluar terlebih dahulu. Terlihat banyak tim keamanan yang berdiri hampir di sepanjang lorong. Ria tidak peduli, ia terus melangkahkan kakinya menghalau para penjaga. 

Tiba di depan pintu yang berisikan studio pemotretan GMC, Ria dihadang oleh penjaga berbadan besar. Tinggi Ria hanya sebatas dada pria tersebut. "Minggir," ujar Ria dengan serius. Ia benar-benar tidak ingin berurusan dengan orang lain saat ini. 

"Anda siapa, Nona? Ada keperluan apa mau masuk ke ruangan ini?" tanya penjaga tersebut dengan ramah. 

Ria tidak menanggapi pertanyaan lelaki tersebut dan mendorong lelaki tersebut ke samping. 

"Tahan dia, Pak! Dia penyusup, naik menggunakan lift artis," ujar satpam dengan suara lantang yang ternyata mengikutinya. 

Ria tidak takut dibuatnya. Bahkan ia memandang lelaki di hadapannya yang ternyata kepala keamanan GMC dengan tatapan permusuhan. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang