"Kamu kok bisa ada di sini?" Hal yang pertama Tian ucapkan begitu melihat Ria sedang menyandarkan tubuhnya di kursi mobil sambil memejamkan mata.
Ria membuka mata dan langsung menghadap Tian yang berdiri di pintu mobil sebelah kiri. "Kamu tuh bisa gak sih tiap pertama kali ketemu aku di tempat yang gak expect akan ketemu, gak usah pertanyaan itu yang keluar. Kesannya kayak aku yang gak bisa pergi kemanapun gitu! Kamu gak senang kalau kita bertemu tanpa direncanakan seperti ini?" Ria yang sedang meredakan amarah, kembali marah ketika diberikan pertanyaan seperti itu.
"Maaf. Bukan begitu maksud aku, aku cuman-" Belum selesai perkataan Tian tapi sudah terhenti oleh Ria yang langsung keluar dari mobil begitu saja.
"Hey, Ria. Ganti baju dulu!" teriak Jimmy yang ikut keluar dari mobil mengejar gadis tersebut. Tian yang belum tahu situasinya hanya bisa menggaruk belakang kepalanya.
Jimmy berhasil membawa Ria kembali dan memberikan tangan Ria ke dalam genggaman Tian. "Lo urusin deh, Yan. Pacar siapa sih? Gue sih mau aja mengurusnya, tapi nanti lo cemburu, marah, gak jelas. Gue balik ke dalam. Pasti anak-anak nyariin dan ngira kita kabur duluan.” Jimmy meninggalkan mereka berdua di parkiran yang cukup sepi. Ada beberapa orang berlalu lalang tapi tidak banyak.
“Maaf, ya. Buka dulu blazernya sini. Aku ada baju di dalam.” Tian membantu Ria melepaskan blazer dan memilih beberapa pakaian yang memang sengaja dibawanya atas perintah Jimmy. Mereka banyak agenda main keluar dan malas untuk bolak balik ke dorm, sehingga membawa beberapa pakaian ganti.
“Nih.” Menyodorkan kaos hitam Celine dan kemeja flanel biru dongker untuk menjadi outer jika Ria menginginkannya.
Tian mengantarkan Ria ke toilet yang tak begitu jauh dari tempatnya berdiri. Menunggunya dengan sabar hingga gadis tersebut keluar dengan kaos kebesaran di tubuhnya. “Gak mau pake kemejanya. Aku kayak orang-orangan sawah lagi jalan.” Tian tertawa mendengar perkataan tersebut.
Ria berjalan menghampiri tempat sampah dan membuang kaos putihnya yang kotor. Biarkan kaos tersebut ia buang seperti emosinya yang sudah ia kumpulkan di sana dan tidak mau mengingat sedikitpun tentang kejadian hari ini.
Begitu berbalik badan, ia melihat Tian yang merentangkan kedua tangannya. Mengajaknya masuk ke dalam dekapan hangat lelaki tersebut. Tanpa pikir panjang, Ria berlari dan menubrukkan dirinya dalam dekapan lelaki di hadapannya. Seolah amarahnya langsung sirna bersamaan dengan tepukan di punggungnya dengan perlahan.
“Udah ya, marahnya. Buang jauh-jauh kemarahan tersebut. Syuh, syuh,” ucap Tian seolah mengusir anak ayam dan hal tersebut membuat Ria tertawa kecil.
Tian mengusap wajah Ria menggunakan tisu basah yang diambilnya tadi di mobil. Membersihkan wajah di hadapannya dengan penuh kelembutan. Ria yang diperlakukan seperti itu menerima saja dan memejamkan matanya.
“Terima kasih deh sama Jimmy yang sudah membersihkan tangan kamu dari sisa pertumpahan darah tadi,” kata Tian begitu melihat ke arah tangan Ria yang sudah bersih meskipun masih ada beberapa sisa darah di dalam kukunya karena tidak terjangkau oleh tangan Jimmy.
“Btw, aku suka potongan rambut baru kamu. Whatever your looks, I’m still loving you,” ucap Tian memuji penampilan barunya.
“Aku kira kamu gak nyadar,” balas Ria dengan memajukan bibir bawahnya.
“Udah bersih dan cantik lagi. Balik gih ke tujuan awal kamu ke sini. It’s me time, kan?” Tian mengingatkan kembali bahwa saat ini bukan waktu untuk mereka habiskan bersama.
Ria menganggukan kepalanya menyetujui perkataan Tian. Hari ini waktunya bersama Reynal dan waktu Tian bersama teman-teman kampusnya. “Nanti kita cerita tentang hari ini, ya. Aku merasa deja vu sama kamu deh, Ri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Woman
ChickLitRia Ananta. Ananta itu kepanjangan dari Anaknya Antara, papahnya Ria. Ia sengaja diberi nama itu untuk menutupi identitas aslinya yang merupakan anak seorang konglomerat kaya raya tujuh turunan. Padahal sudah terlihat jelas dari pembawaannya bak pu...