52: Gue Buktikan

322 30 4
                                    

"Kamu gak kerja?" tanya Ria setelah beberapa waktu menyadari bahwa Tian tidak beranjak sedikitpun dari ruangannya. 

"Seharusnya kerja. Tapi aku gak bisa meninggalkan kamu sendirian sementara tidak ada keluargamu yang berkunjung dari kemarin." Penjelasan Tian membuat Ria mendengus. 

"Mereka memang seperti itu. Membuang aku ke rumah sakit dan rela mengeluarkan uang puluhan bahkan ratusan juta untuk menyerahkan kepengurusan aku dengan pihak rumah sakit," jawab Ria dengan diakhiri tawa yang miris. 

"Gapapa Yan kalau kamu mau kerja. Aku ada Nia dan suster jaga lainnya yang standby di sini," ujar Ria mempersilakan Tian untuk pergi bekerja. Ria tahu bahwa jadwal GMC tidak mungkin kosong dalam jangka waktu satu minggu lebih kecuali memang mereka sedang off

"Sebenarnya Ri, kalau aku pergi dari rumah sakit aku gak bisa kembali mengunjungi kamu." Tian mengungkapkan alasan sesungguhnya ia tidak beranjak sedikitpun dari ruangan ini. 

Ria mengernyitkan dahinya. "Siapa yang bilang gitu? Boleh, bahkan GMC kalau mau berkunjung boleh. Gak ada peraturan seperti itu," kata Ria dengan tegas. Ia tidak akan mengalah dalam hal ini. 

Tian mengerjapkan matanya mendengar perkataan Ria yang sangat tegas tadi. "Beneran aku boleh kerja?" tanya Tian memastikan kembali bahwa ia sudah bisa keluar dari ruangan ini dan kembali dengan leluasa. 

"Gak ada yang larang, sih. Kerja aja gapapa." Ria membalas dengan yakin dan penuh ketulusan. Ia sangat terbantu dengan kehadiran Tian beberapa hari di masa sedihnya. Ia tidak menjadi begitu terpuruk tatkala ada orang lain yang dengan setia menemaninya 24 jam. 

Tian merapikan barang-barangnya yang selama ini digunakan untuk bekerja jarak jauh dari Monokrom ke rumah sakit. Ia tetap harus mengejar ketertinggalan beberapa pekerjaannya dari rumah sakit. Bahkan GMC mau tidak mau mengadakan meeting melalui aplikasi meeting demi menyesuaikan kondisi Tian yang tidak bisa meninggalkan Ria. 

Ria memperhatikan Tian yang sangat semangat dan penuh antusias ketika diizinkan kembali bekerja ke Monokrom. Ia turut merasakan kegalauan Tian yang tidak bergabung bersama GMC di gedung Monokrom. Maka ia putuskan untuk membiarkan Tian kembali pada aktifitasnya. 

Selesai merapikan barang-barangnya dan telah diberikannya pada Mario, Tian kembali ke ranjang Ria dan mengecup penuh kasih kening gadis di hadapannya. "Aku kerja dulu, ya. Langsung kabari aku apapun yang kamu ingin lakukan, Ri. Aku akan berusaha mengabulkannya seperti minggu lalu."

Ria menganggukan kepalanya dengan senyum bahagia di wajah cantiknya. "Terima kasih sudah menemani aku melewati ini semua." Ria mengalungkan kedua tangannya pada pinggang Tian yang masih setia menempelkan bibirnya di kening Ria. Sepertinya lelaki ini tidak begitu rela meninggalkan Ria. Tapi apa boleh buat, Ria harus mencoba memahami pekerjaan Tian. 

Selesai dengan adegan berpamitan mereka yang cukup dramatis, Tian melangkahkan kaki keluar dari kamar VVIP Ria dan meninggalkan rumah sakit untuk kembali pada rutinitasnya di Monokrom. 

Kesunyian kembali menyapa Ria di tengah kemelut perasaan yang selama ini coba ia tahan. Ria tidak pernah baik-baik saja. Ia hanya berusaha menekan perasaannya di hadapan Tian agar lelaki tersebut tidak begitu memiliki prasangka terhadap perasaan yang seharusnya hadir. 

Terbiasa untuk mengabaikan perasaan berduka tersebut beberapa hari ini, ketika sendirian Ria jadi tidak bisa kembali menangis. Entah, dirinya belum ikhlas melepas kepergian Anton. Kemarahan mendominasi hatinya saat ini. Setelah memikirkan langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan, Ria bergegas melepas jarum infus yang setia menancap di lengannya seminggu terakhir ini. 

Ria akan membuat perhitungan dengan orang-orang yang sudah membuatnya kembali merasakan betapa sakitnya kehilangan. 

Mengganti pakaiannya dengan dress hitam yang membentuk lekuk tubuh di bagian atas dan mengembang membentuk A line di bagian bawah. Ria mengenakan stiletto hitam dan tak lupa kacamata hitam untuk memperindah penampilannya. Ria akan mengunjungi beberapa tempat. It's been a long day

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang