26: Cemburu

394 27 0
                                    

Ria masuk ke studio pemotretan yang sangat luas. Tata ruangnya tidak jauh berbeda dengan tempat shoot iklan yang terakhir kali Ria datangi. Ruangan tersebut kosong. Tidak ada aktivitas pemotretan. Hanya ada beberapa staf yang sedang mengecek peralatan. 

“Mbak Ria? Cari GMC ya? Mereka di ruangan ujung sana, Mbak,” ujar seorang staf yang mengenali Ria. Ria berjalan ke ruangan yang ditunjuk staf tersebut tanpa suara. Staf tersebut sangat terkejut melihat Ria yang berlalu begitu saja. Padahal pertemuan terakhir mereka penuh suka cita. 

“Maafkan Nona saya ya, Pak. Nona sedang sakit,” ujar Anton meminta maaf atas nama Ria. Anton juga tidak habis pikir Ria benar-benar tidak menerapkan basic manner. Sepertinya ia harus menanyakan ini pada Ardi, apakah Ria memang bisa berubah seperti itu jika sedang sakit?

Suasana di ruangan istirahat GMC tidak terlalu ramai karena Januar yang meminta staf untuk tidak memenuhi ruangan mereka. Ia juga sedang terserang flu dan sedang kesulitan bernapas. Januar butuh ruang yang luas tanpa dipenuhi oleh manusia, dan para staf mengerti kemauan Januar yang sedang butuh jarak. 

Lita dan Jimmy masih terlibat perbincangan yang asik. Mereka berdua sangat cocok dalam obrolan karena memiliki banyak kesamaan. Tian yang masih setia di samping mereka benar-benar terganggu. Lita sangat tidak sopan karena beberapa kali tangannya menepuk paha Tian. Entah perempuan tersebut sengaja atau tidak, Tian sudah bersiap untuk marah tapi ditahan oleh tatapan Januar dan Jimmy yang seolah mengatakan jangan mencari ribut di saat semua sedang istirahat. 

Tian mengalah dan mengambil jarak dari Lita. Ia memunggungi Lita dan memilih menghadap ke lengan sofa. Hal tersebut tak luput dari perhatian Ria yang sedari tadi sudah berdiri di depan pintu masuk. Ria memperhatikan bagaimana tangan Lita dengan sengaja menyentuh paha Christian-nya. 

Ria melangkahkan kaki jenjangnya ke arah sofa yang berisikan GMC dan Lita. Suara ketukan heels yang dikenakannya dengan lantai mampu menarik perhatian GMC yang kebanyakan sedang bermain ponsel. GMC mengalihkan pandangannya ke arah Ria yang terlihat sangat menawan dengan outfit mahalnya. GMC tahu brand yang dikenakan Ria karena mereka sering melihat di store Fendi maupun Chanel secara langsung. 

Mendudukkan dirinya di samping Septa yang diam memperhatikan. Sofa di ruangan tersebut berbentuk letter U, Ria berada di sisi kanan dari sofa yang dikenakan Tian dan Jimmy yang berada di tengah. Melepas jepit rambut yang dikenakannya sedari pagi dan menyisir rambutnya dengan jari. Rambut hitam legam milik Ria tampak berkilau di bawah cahaya lampu yang cukup terang di ruangan ini. Belum lagi harum semerbak yang langsung memanjakan indra penciuman tiap orang yang ada di ruangan. Siapa pun tahu bahwa ini wangi yang mahal. Rambutnya terlihat bergelombang seperti habis dicatok menambah kecantikan Ria yang sudah luar biasa. 

Kejadian tersebut mampu membuat setiap orang yang melihatnya tanpa berkedip. Seolah tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan melihat wanita cantik di hadapannya sedang beraksi. Dirasa belum puas membuat orang-orang terkesima, Ria bersiap melepas blazer yang dikenakannya. Biar tahu rasa sekalian si Lita harus berhadapan dengan siapa. “Stop!!!!” Tian menghentikan tindakan Ria tersebut. Ia menghampiri Ria dan menutupi tubuh Ria menggunakan selimut yang ia gunakan sedari tadi. Membawa Ria ke dekapannya dengan sangat erat, menegaskan bahwa Ria miliknya. Kecantikannya tidak boleh dinikmati oleh banyak orang. 

Ria menahan senyumnya di hadapan Tian. Memandang ke arah Tian dengan puppy eyes yang sangat menggemaskan. “Mau main-main sama aku? Baru lepas ikat rambut saja, sudah heboh,” ujar Ria dengan senyum penuh kemenangan. 

Tian masih mempertahankan posisinya yang mendekap Ria yang tertutupi selimut miliknya. “Iya, iya. Aku kalah. Aku salah,” balas Tian dengan pasrah. Ia tidak terima GMC melihat Ria dengan tatapan seperti itu. Tatapan mendamba. Tian cemburu. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang