41: Belanja

316 34 4
                                    

“Terima kasih sudah mengizinkan aku singgah semalam di dorm kalian. Maaf kalau kedatangan aku mengganggu waktu istirahat kalian,” ucap Ria pada seluruh penghuni dorm yang stay di ruang keluarga. Mereka tidak memiliki ruang tamu karena memang tidak boleh ada tamu yang berkunjung ke dorm ini. 

“Sama-sama, Ria. Terima kasih juga atas masakannya, enak banget,” balas Januar tak kalah senangnya, padahal ia sudah pernah merasakan masakan Ria ketika berkunjung ke Rajawali bersama Jimmy. 

Ria bangkit dari kursinya dengan menenteng tas Gucci merah dan berpamitan untuk yang terakhir kalinya. “Gue pamit dulu, ya. Kalau mau main ke Rajawali kabarin aja, siapa tahu gue lagi libur. Oh iya, pegawai kantoran kan libur di Sabtu Minggu.” Ria menunjukkan deretan giginya ketika mengingat hari liburnya yang tetap, tidak seperti GMC yang liburnya tidak menentu. 

Tian mengantarkan Ria hingga lantai basement karena Anton sudah menunggunya di sana. "Agenda kamu ngapain aja hari ini?" tanya Ria begitu lift sedang membawa mereka menuju basement. 

"Aku mau pergi ketemu teman kampus bareng Jimmy. Kamu gapapa kan gak bareng aku di hari off kita?" Tian memastikan bahwa ini tidak akan menjadi permasalahan ke depannya karena ia tidak meluangkan waktu bersama dengan Ria ketika gadis itu libur. 

"It's fine. Take your time, Yan. Aku juga mau me time. Udah lama gak ke salon," ucap Ria dengan mengangkat ujung rambutnya yang sebenarnya tidak ada masalah, tapi ia merasa sudah tidak sesuai. 

Tian menanggapi dengan tersenyum gemas dan mengacak pelan kepala Ria. "Kamu hati-hati ya. Kabari aku segera if something's wrong. Terima kasih sudah pulang ke aku. Aku merasa jadi ada gunanya, Ri." 

"Terima kasih kembali," balas Ria dengan senyum teduhnya. Mereka berpisah begitu saja karena sudah disambut oleh Anton di depan lift. Tian tidak ikut keluar dari lift karena biasanya ada saja paparazi di sekitar basement. Keamanan di Monokrom semakin berkurang, Tian harus berdiskusi dengan Januar perihal ini. Hampir sepuluh tahun berkecimpung di dunia ini, seolah instingnya bisa menyadari jika ada paparazi di sekitarnya. 

****

"Ton, beneran deh aku lagi pengen sendiri. Gak usah ikuti kemanapun aku pergi!" tekan Ria pada lelaki di hadapannya yang seolah menulikan pendengarannya. 

Langkah Ria terhenti di lorong unitnya karena Anton dan Billy yang terus mengikutinya bahkan mereka dengan setia menunggu selama satu jam di depan pintu unitnya. "Tolong dong, aku juga butuh privasi. Gak cukup 24/7 kalian nempelin aku terus bahkan ketika aku bekerja juga? Aku juga butuh napas, sendirian, gak dipusingkan dengan manusia lain yang kalian termasuk di dalamnya!" ucap Ria dengan terengah karena ia meluapkan emosinya. Betapa ia sedang muak saat ini diikuti terus menerus oleh pengawal. 

Ria meninggalkan mereka dan melangkah dengan cepat menuju lift yang membawanya ke lantai basement. Ia bukanlah orang yang begitu penting yang harus setiap harinya dikawal pengawal pribadi. Jika itu Antara, Wira ataupun Randy masih ia maklumi. Tapi ini Ria loh. Pegawai kantoran biasa yang seharusnya tidak mampu membayar pengawal pribadi. Ia juga mulai merasa sangat tergantung dengan keberadaan mereka, sementara ketergantungan adalah awal dari kehancuran. Mereka mengetahui segala kelemahan Ria dan itu bahaya. Jika mereka mau berkhianat dan menikamnya dari belakang sangat mudah sekali. Entah mengapa Ria baru memikirkan segala skenario terburuk yang bisa saja terjadi. 

Tiba di basement, Ria menuju mobil Tesla yang dibelinya beberapa bulan lalu ketika mobil itu tiba di Indonesia. Ria diundang untuk acara peresmiannya tapi karena ia harus kerja dan tidak bisa menghadiri acara tersebut, maka sebagai gantinya Ria membeli satu unit mobil tersebut. Padahal jika Ria tidak hadir dan tidak membeli pun tidak masalah, memang dasar ia yang sedang ingin menghamburkan uang. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang