77: Poison

186 16 2
                                    

"Mar, Nona ada sama kamu?" tanya Fikri melalui sambungan telepon. 

"Ada," balas Mario dengan keras. 

"Dimana, sih? Berisik banget." Fikri heran dengan suasana riuh yang terdengar. 

"Konser GMC." Jawaban dari Mario langsung membuat Fikri membelalakan mata. 

"Lo gila? Jangan bawa Nona ke tempat ramai!" ucap Fikri keras. Ia mulai gusar, sang nona akan terganggu. 

"Nona sendiri yang mau."

Menghela nafas sambil berpikir keras. Apa yang harus ia lakukan. "Okay, gue on the way ke sana. Lo berdiri tepat di samping Nona, please." 

"Iya." Sambungan mereka berakhir. 

Beberapa jam yang lalu, GMC memutuskan untuk membawa Ria ke kursi penonton untuk menyaksikan mereka di atas panggung. Ria menggunakan jalur orang dalam memasuki venue, dan hadir ketika konser tengah berlangsung. 

Duduk di tribun atas yang langsung menghadap panggung. Tempatnya sejajar dengan tinggi panggung GMC dan terpisahkan oleh kursi penonton di bawah. Ria melihat betapa megah dan mengesankan stadium yang didesain sedemikian rupa untuk  konser GMC. 

Sorakan dan tepuk tangan meriah memenuhi stadium. Saking banyak dan antusiasnya para penonton, bahkan hingga kursi yang ditempati Ria bergetar akibat reaksi penonton. 

Ria menyadari suatu hal, bahwa GMC banyak yang sayang. Para penggemar merupakan nyawa bagi GMC di industri ini. Mulai dari remaja hingga orang tua turut hadir memeriahkan konser. Ria yakin bukan hanya penggemar dari US saja yang hadir di konser ini, tapi dari berbagai negara lainnya. 

"Mereka sangat beruntung," ungkap seseorang di samping Ria yang tidak heboh seperti yang lain. 

"Kenapa?" 

"Banyak orang yang mengasihi mereka dengan suka rela. Bahkan Wings tidak segan untuk melindungi GMC dari para haters," jawab orang tersebut yang membuat Ria menerawang. 

Ia jadi teringat ketika Tian masih merintis karirnya bersama GMC kala itu. Untuk mencapai posisi mereka saat ini tentu saja harus melewati berbagai perjuangan yang tidak mudah. Ria menjadi saksi bisu betapa frustasinya Tian ketika di tahun kelima mereka terjun ke industri musik, tapi belum terlihat hasilnya. 

"Mereka sudah melewati perjalanan yang panjang untuk bisa berdiri di sana," timpal Ria dengan mata menerawang ke panggung. Aura kebahagiaan terpancar jelas di wajah GMC. 

"Iya. Saya mengikuti perkembangan mereka yang tiga tahun terakhir ini berkembang pesat." 

Ria tidak menanggapi perkataan tersebut. Ia tidak begitu mengikuti GMC dari sudut pandang penggemar, tapi ia tahu GMC sedang di puncak ketenarannya karena jadwal Tian yang tidak pernah kosong. 

"Siapa member yang paling kamu sukai?" tanya orang tersebut lagi. 

"Sebenarnya-"

"Nggak masalah punya satu member yang sangat into this, yang penting nggak jadi anarkis dan nggak mendukung GMC keseluruhan," timpal orang tersebut dengan menepuk bahu Ria. 

Ria yang tidak nyaman, mengambil jarak dari gadis tersebut. Ia agak menjauhkan bahu dari orang tersebut. Apakah begini cara berinteraksi dengan orang baru? 

Gadis di sampingnya mendapat pelototan dari Mario yang berada di sisi kanan Ria. Suasana di antara mereka menjadi canggung. 

"Aaaaa Tian," teriak orang di sekitar Ria yang membuatnya terperanjat. 

Mengelus dada untuk menetralisir detak jantungnya yang cepat. Ria kembali dikejutkan ketika mendengar teriakan di sekitarnya semakin ricuh. Melihat ke arah panggung dan mencari sumber teriakan di sekitarnya. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang