83: Relaps

200 23 1
                                    

"Bawa Ria pulang sekarang! Sudah cukup mainnya," perintah Wira begitu mendapat kabar cucunya relaps di tengah jalanan Vegas. 

"Fikri tidak bisa dihubungi, Tuan. Saya takut melanggar batas jika menjemput Nona secara paksa," ujar si pengawal yang diberi perintah oleh Wira. 

"Kamu jemput Ria bareng dia. Langsung gendong dan bawa ke helipad." Wira beralih menyuruh Reynal yang sedari tadi terus berada di sisinya. 

"Baik, Kek." 

Semenjak kepergian Ria dari ruangan pimpinan, Wira tidak kehilangan sedikitpun kabar darinya. Ia menyuruh pengawal utusannya untuk menjaga Ria dari jauh dan mengabarkan apa saja yang dilakukannya. 

Wira terkejut mendapati Ria bersama kekasihnya. Tindakan yang begitu riskan karena bisa saja ada penggemar Tian yang tidak menyukai kedekatan mereka dan menyebarkan dokumentasi mereka selama bersama di jalanan Vegas. 

Beberapa pengawalnya sudah mengambil ponsel yang kedapatan mendokumentasikan cucunya. Paparazi tidak bisa dihindari, terlebih Tian merupakan sosok yang besar di dunia hiburan. 

Wira juga tidak menyangka bahwa Ria akan relaps. Setelah sekian lama ia dalam kondisi yang stabil, mengapa harus relaps lagi? Wira juga lelah sebenarnya jika harus menghadapi kekambuhan Ria yang tidak pernah biasa saja. Tapi, ia tidak bisa tidak turun tangan mengurus cucunya sementara anaknya sibuk bekerja. 

Ponsel di saku bajunya bergetar dan Wira langsung menjawab panggilan tersebut. "Ok, Kakek langsung ke sana." Bangkit dari kursinya dan bergegas menuju helipad di atas gedung AW. 

Mesin pesawat sudah menyala ketika Wira tiba di helipad. Terlihat beberapa pengawal berbaju hitam menjaga di sekitar helipad dengan ketat. “Nona dan Tuan Muda sudah di dalam,” lapor sang pilot yang menyambut Wira di bawah tangga pesawat. 

****

“Ada kejadian apa sebelum kambuh?” tanya Ardi melalui panggilan video bersama Wira. 

“Dia main di jalanan Vegas yang ramai dan padat. Sebelumnya main di casino yang ramai dan remang-remang. Saya pikir karena itu triggernya,” ungkap Wira berusaha mengingat dari laporan yang disampaikan pengawalnya. 

Keheningan melingkupi keduanya. Ardi tengah berpikir keras, karena sudah lama ia tidak melakukan konseling dengan Ria. Seharusnya baik-baik saja karena ia tidak mendapati laporan Ria relaps belakangan ini. 

“Dia ada pengawalnya, kan? Coba panggil pengawalnya. Saya yakin bukan karena main ke tempat seperti itu saja penyebabnya,” suruh Ardi, mencoba mengumpulkan kejadian yang menimpa Ria belakangan ini. 

Kekambuhan Ria tidak semudah itu muncul. Bukan hanya karena berada di tempat yang menjadi fobianya. 

Fikri tiba di kamar Ria dan tetap dalam kondisi diam. Ia memang selayaknya pengawal pribadi yang tidak banyak bicara. 

“Ada kejadian apa selama di US?” tanya Ardi langsung. 

“Kejadian apa?” Fikri balik bertanya. Ia bingung maksud dari pertanyaan Ardi. 

“Kejadian yang membuat Ria hilang kontrol,” tekan Ardi yang langsung dimengerti oleh Fikri. 

“Bertemu Tuan Reno, bertengkar dengan Julio, temannya diracun oleh Tuan Reno,” jawab Fikri langsung pada intinya. 

Ardi mengernyitkan dahi seolah berpikir keras. Bertemu dengan Reno memang sangat traumatis bagi Ria, Ardi tahu itu. “Julio siapa? Kenapa Ria bisa bertengkar dengannya dan membuat hilang kontrol?” Ardi tidak pernah mendengar seorang Ria bertengkar dengan orang lain selain dengan kakaknya. 

“Salah seorang GMC. Ibunya Julio salah satu korban Lidya dan mereka bertengkar kala itu dengan Julio yang terus membahas Lidya di hadapan Nona,” jelas Fikri secara singkat. Apalagi yang harus disampaikan? Ia yakin Ardi lebih tahu kisah di baliknya karena ia psikiater pribadi Ria. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang