Las Vegas. Sebuah kota yang terkenal dengan bisnis perjudian, perbelanjaan dan hiburan. Kota ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Bisnis casino sangat laku di sini dan mereka yang berhasil mendirikannya di kota ini, dapat dipastikan memiliki kekuasaan yang luar biasa.
Terkenal dengan kota penuh dosa karena segalanya legal, maka banyak sekali mafia kelas kakap yang bersaing untuk menguasai wilayah di sini. Para pengusaha yang berniat mendirikan bisnis di wilayah tersebut harus menjalin hubungan dengan salah satu mafia yang diakui di sana.
Tidak berlaku bagi Wira karena ia lah si ketua mafia tersebut. Ria baru mengetahuinya barusan ketika anak buah sang kakek memiliki tato yang sama di bagian leher belakang. Seperti di film-film yang menggambarkan tentang gangster, maka ia melihat suasana tadi tersaji di depan matanya langsung. Bagaimana anak buah Wira begitu tunduk dengannya dan aura sang kakek yang tergambar seolah menunjukkan ia lah Don Juan di sini.
Ria memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut dan turun ke lantai dasar yang dipenuhi oleh mesin-mesin permainan dan meja untuk memainkan permainan seperti poker, domino dan hal lainnya yang dapat dijadikan perjudian.
Ria berkeliling melihat lantai tersebut yang dipenuhi oleh orang-orang dari berbagai kalangan usia. Yang dapat bermain di meja bersama orang lain hanya mereka yang sudah di atas 21 tahun untuk memastikan pengelola tidak melanggar hukum membiarkan anak di bawah umur menghabiskan uang untuk berjudi.
Ria melihat berbagai ekspresi yang ditunjukkan oleh orang-orang yang sedang bermain di atas meja. Ekspresi senang karena berhasil memenangkan permainan. Ada yang penuh kekesalan karena sepertinya kalah terus. Dan ada yang biasa saja menganggap itu semua hanya permainan.
Berjalan menuju kasir untuk membeli koin sebagai alat transaksi di casino ini. Jika ingin bermain dan bertaruh, maka harus menggunakan koin yang sudah dibeli di kasir sebagai alat transaksi yang sah. Nanti akan ditukarkan kembali di kasir menjadi lembaran dollar bagi mereka sang pemenang.
Ria membeli koin sekitar $500 dan mendapat cukup banyak koin sehingga diberikan tas oleh petugas kasir. Ia berjalan mengelilingi lokasi yang dipenuhi meja-meja untuk bermain dengan orang lain. Ia mencari yang sedang bermain blackjack karena hanya permainan itu saja yang dikuasainya.
Suasana remang-remang khas bar ibukota yang dapat menggambarkan tempat yang dipijaknya saat ini. Perbedaannya tidak ada musik yang memekakan telinga dan hanya terdengar suara orang berteriak senang ataupun marah.
“I found it!” kata Ria dengan senang ketika menemukan meja yang tengah bermain blackjack. Dari sekian banyak meja yang ada, sulit sekali menemukan mereka yang tengah bermain blackjack.
Duduk di kursi yang diambilkan oleh karyawan casino ketika melihat Ria mendekat. Permainan meja sedang berlangsung dan Ria menonton terlebih dahulu menunggu ronde selanjutnya.
“Arrgghh,” geram seseorang karena kalah lagi. Sepertinya ia pantang menyerah karena bukannya pergi dan mengganti permainan lain, justru bertahan dan terus membeli koin untuk dapat mengalahkan lawan di hadapannya.
“I’m in!” kata Ria menginterupsi mereka yang tengah merapikan kartu. Seluruh pemain meja yang merupakan lelaki semua memandang Ria dengan meremehkan.
“Taruhan 10 koin,” kata lelaki yang sepertinya mendominasi permainan karena terlihat banyak sekali koin di hadapannya.
Ria tanpa beban meletakkan 10 koin di sana. Satu koin dihargai sebesar $5 maka Ria bertaruh sebesar $50. Terbilang kecil untuk seorang Ria, tapi karena ia bermain di lantai dasar yang mana semua orang dari berbagai kalangan ada, maka normal saja nominal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Woman
ChickLitRia Ananta. Ananta itu kepanjangan dari Anaknya Antara, papahnya Ria. Ia sengaja diberi nama itu untuk menutupi identitas aslinya yang merupakan anak seorang konglomerat kaya raya tujuh turunan. Padahal sudah terlihat jelas dari pembawaannya bak pu...