39: Rich

331 23 1
                                    

"Yan, Tian!" teriak Jimmy dari ujung lorong dorm mereka. Tian yang sedang bersantai di sofa ruang keluarga malas menanggapi, nanti juga terlihat keberadaannya di sini. 

"Yan, bangun dulu! Gue mau membicarakan hal yang serius," ujar Jimmy dan menarik tangan Tian untuk bangun. 

"Gue mau tanya, Ria bukan orang sembarangan, ya? Dia berasal dari keluarga konglomerat?" tanya Jimmy membuka pembicaraan mereka. 

Tian bingung harus menjawab apa. Ia sendiri tidak begitu mengenal keluarganya Ria karena mereka hidup masing-masing. "Gue gak tahu. Gue cuman kenal abang dan adiknya aja, sih. Abangnya Randy Ananta, direktur di Wira Corps dan adiknya Reynal mahasiswa di Binus," jelas Tian sesuai informasi yang ia ketahui. 

"Direktur di Wira Corps.? Wah kaum borjuis dong dia," timpal Jimmy seolah menarik kesimpulan. Siapa yang tidak tahu Wira Corps.? Perusahaan multinasional yang produknya menguasai hampir ke seluruh penjuru negeri bahkan penjuru dunia. Perusahaan dengan rate salary tertinggi bagi karyawannya. Tentu saja sekelas direktur di sana pendapatannya sangat tinggi, bahkan mungkin melebihi pendapatan masing-masing GMC tiap bulannya. 

"Gaji di Intrafood berapa, sih? Beneran cuman 30 juta kayak yang dibilang Ria ke Januar waktu itu?" tanya Jimmy lagi karena ia benar-benar penasaran dengan sosok Ria. 

"Iya kali, gue gak tahu Jim. Gak pernah nanya, dia pun gak pernah nanya income gue dari Monokrom," jawab Tian dengan malas. Ria memang tidak suka jika hartanya dipertanyakan dan dia tidak juga pernah bertanya terkait keuangannya. Tian menganggap Ria tidak suka membahas hal tersebut dan ia mencoba memahami. Karena bagi sebagian orang, membicarakan pendapatan memang hal yang sensitif. Terlebih ego lelaki jika pasangannya memiliki pendapatan yang lebih besar, si lelaki pasti rewel sendiri.  Mungkin Ria tidak ingin menyinggung Tian di segi itu jika memang pendapatan Ria di atas Tian.

"Ish, kalian kayak gak pacaran tau gak. Masa hal yang mendasar begini saja gak saling terbuka. Hati-hati loh Yan, nanti ada fakta yang selama ini gak lo ketahui dan ternyata itu bikin kalian ribut besar." Perkataan Jimmy mengusiknya. Ria memang seolah menyimpan banyak rahasia di balik punggungnya dan memberi batasan pada Tian untuk tidak mengetahuinya. Entah apa yang disembunyikannya dan Tian tidak mau berprasangka, karena mereka bisa berujung bertengkar. 

"Iya, makasih nasihatnya. Gue gak mau aja bahas hal yang bikin Ria gak nyaman. Kalau kita bertemu, kondisinya kita juga sama-sama capek selepas bekerja, sekecil apapun hal yang menyinggung pasti bisa bikin bertengkar. Gue memang menahan diri aja selama ini," ucap Tian dengan tenang. 

"Jadi, sebenarnya gue bertanya hal ini karena ada omongan yang masuk ke gue Yan. Orangnya yang cerita langsung sama gue sih." Jimmy menjeda perkataannya untuk melihat reaksi Tian apakah bisa diajak membahas hal ini atau tidak. Jimmy sangat mengenal Tian, bahkan hanya melihat dari tatapan matanya Jimmy sudah bisa menebak perasaan Tian. 

"Apa?" tanya Tian memberi tanda bahwa Jimmy harus meneruskan perkataannya. 

"Hari di mana video Lita beredar untuk meluruskan gosip antara kalian berdua, hari itu juga Pak Joseph dipecat dari Monokrom. Sorenya, perusahaan Papanya Lita langsung turun drastis harga sahamnya dan terancam pailit karena sumber dananya hanya dari satu orang ini," ujar Jimmy dengan serius dan tidak menyadari bahwa Septa sudah bergabung dengan mereka dan sedang duduk di samping Tian. 

"Lita bilang itu semua dilakukan oleh Ria. Ria pacar lo, Yan. Siapa lagi coba Ria yang ada di hidup lo." 

Jimmy melanjutkan perkataannya, "Malam harinya mereka memutuskan untuk menemui si terduga Ria dan Ria yang meminta untuk upload video tersebut maksimal jam 10 malam. Yaudah gitu aja," ujar Jimmy mengakhiri pemberian informasinya. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang