104: Belum Menerima

211 31 4
                                    

“Salam kenal, semua. Gue Reno, calon dir-” Perkataannya terhenti oleh Ria yang tiba-tiba membekap mulutnya. 

“Dia direktur di salah satu perusahaan mitra Monokrom,” timpal Ria langsung dengan tangan masih menutup mulut Reno. 

“Gue orang yang lagi dekat dengan Ria,” kata Reno berbangga diri. 

“Pacar baru, Kak?” tanya Elang dengan polosnya. 

“Semoga akan berakhir ke sana, ya,” jawab Reno dengan tengilnya.

“Mau makan apa? Pesan sana. Gue traktir,” ujar Ria menghentikan aksi Reno yang semakin aneh. 

Elang dengan semangat mengambil ponsel yang Ria sodorkan untuk memesan makanan dan cemilan. “Jangan dikasih ke orang lain. Kamu tanyain aja ke mereka dan kamu yang pesanin dari hp aku,” ujar Ria serius. 

“Wah, lagi berperan sebagai orang dermawan dia,” gumam Reno yang masih terdengar oleh yang lain. 

“Jadi, ada keperluan apa ke sini, Ria?” tanya Januar begitu mereka tidak memiliki topik perbincangan. 

“Nggak ada. Kan gue bilang, niatnya mau ke Intrafood tapi malah nyasar dan terdamparnya di sini. Ditunjukin Tuhan kali kalo ada yang mulai berpaling.” 

“Lo udah sembuh? Kita mau nengokin waktu itu tapi nggak boleh. Kok waktu Jimmy dan Tian yang berkunjung bisa masuk?” tanya Januar mengingat dia dan GMC lainnya yang tidak bisa menjenguk Ria di rumah sakit. 

“Lo ngasih tau dia?” Reno terkejut mendengar pertanyaan Januar. Ia kira Ria dapat bertahan untuk tidak memberitahu kondisinya sendiri. 

“Kan mereka temen gue. Gimana, sih?” Ria mendelik kesal. 

“Gue minta maaf untuk hal itu. Nggak tau kenapa Papah malah melarang semua orang mengunjungi kamar gue. Tepat sehari setelah Tian dan Jimmy berkunjung,” jawab Ria dengan menyesal. Sudah ia katakan bahwa ia tidak punya kuasa selama masa pengobatannya. 

“Oh, gue sudah lumayan stabil. Nggak tahu deh indikator sembuh menurut kalian gimana.” 

“Lo beneran deket sama cowo baru, Ri?” tanya Jimmy dengan mata menelisik. 

“Iya. Kenapa masih ditanyain juga?” Bukan Ria yang menjawab, sungguh. 

“Maaf sebelumnya, tapi saya tidak bertanya pada anda.” Jimmy kesal mendapat jawaban dari Reno. 

Ria memasang wajah memelasnya, bersiap untuk drama. “Gimana ya, Jim. Mungkin pasangan gue malu kalau publik tahu bahwa gue sangat-sangat kentang. Mungkin dia maunya bareng orang yang mampu mengangkat status sosialnya?” 

“Seperti yang kalian tahu. Gue pengangguran. Nggak punya status sosial, bahkan teman saja hanya kalian doang. Suka hilang lagi. Mungkin dia mau cari yang pasti-pasti aja daripada sama gue yang nggak jelas,” kata Ria dengan suara tangis yang dibuat-buat. 

“Dih, lebay banget najis!” ucap Reno dengan hardikannya. 

Dengan tiba-tiba, Ria memegang kedua sisi kepalanya. “Ria, kenapa?” tanya Jimmy dengan heboh. Yang lain berusaha untuk mendekat dan membuat keadaan penuh sesak. 

Fikri maju ke depan Ria dan berkata, “Mundur, mundur. Beri Nona ruang. Kalian bisa langsung ke tempat shooting karena sudah dipanggil sutradara.” 

GMC langsung membubarkan diri mengikuti arahan Fikri untuk memberi Ria ruang. Mereka tidak tahu cara menangani Ria, dan menyerahkan pada orang yang lebih paham yaitu Fikri. 

Tanpa diduga, Tian sudah dalam posisi memeluk Ria dan membisikkan kata-kata penenang. Kepalanya tepat di sisi kiri Ria dan fokusnya hanya mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat Ria kembali. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang