“Dimana sih acaranya?” tanya Ria pada Andi yang menyambutnya di parkiran begitu ia turun dari mobil.
“Di Auditorium FEB, Nona. Mari saya antar,” balas Andi dan menawarkan opsi tersebut pada Ria.
“Gak usah. Saya bisa sendiri,” tolak Ria dan berjalan meninggalkan lelaki tersebut. Andi hanya mampu terdiam melihat respon sang nona yang tidak seperti biasanya.
Berniat untuk menyusul langkah Ria khawatir jika gadis tersebut akan tersesat, langkahnya dihentikan oleh Anton. “Jangan dipaksa. Dia lagi pengen sendiri. Kita cukup jagain dari jauh aja.”
“Aneh banget. Padahal dia gak pernah lepas dari bantuan kita dalam hal apapun.”
Ria berjalan menyusuri lobby fakultas ekonomi dan bisnis tempat kuliahnya dulu dan membawanya kembali pada kenangan dunia kampus yang tidak begitu berarti. Ria satu almamater dengan Reynal karena papahnya sudah percaya dengan kualitas universitas ini. Kehidupan kampus Ria tidak ada yang spesial karena ia sudah disibukkan dengan kegiatan di luar kampus seperti magang dan bekerja di anak perusahaan.
Ria bukan anak manja yang tinggal terima jadi perihal uang. Ia sudah terbiasa bekerja sedari kuliah maka dari itu di umurnya yang masih terbilang muda sudah dapat menduduki posisi sekelas manajer karena pengalamannya tidak bisa diragukan lagi terkait operasional.
Berbeda dengan Reynal yang lebih aktif di dalam kampus. Setahunya, adiknya mengikuti BEM FEB dan beberapa UKM yang tidak Ria ketahui. Ia bisa menerka bahwa adiknya cukup populer di fakultasnya dengan paras nan rupawan yang dimiliki Reynal.
Benar dugaannya, bahwa auditorium FEB terisi penuh sebagian besar oleh mahasiswi dengan tatapan memuja ke arah panggung. Pada siapa lagi pandangan mereka tertuju jika bukan pada Reynal Ananta, sang pembicara untuk kegiatan entah apa itu karena Ria tidak mengetahuinya.
Ria mengambil tempat di bagian belakang karena hanya kursi itu yang tersisa. Luar biasa pesona adiknya di atas panggung memang tidak bisa dielakkan. Brown hair curvy milik Reynal serta mata hazelnutnya memang menjadi daya tarik yang sangat besar. Seolah menegaskan bahwa ia memang bule nyasar.
Mendengarkan dengan seksama yang disampaikan adiknya di depan sana dan Ria tetap tidak menangkap inti pembicaraan karena ia tidak pernah mengikuti organisasi mahasiswa. Biarlah, yang penting ia sudah hadir dan akan memberikan kejutan pada sang adik tercinta.
Satu persatu peserta mulai meninggalkan auditorium dan Ria masih bertahan pada posisinya. Ia hanya mencoba peruntungan siapa tahu adiknya keluar melalui pintu depan seperti peserta yang lain. Benar dugaannya, Reynal berjalan melalui kursi para peserta tadi dan Ria langsung menghampirinya dengan segera.
Ria berdiri di hadapan Reynal dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya dan membuat lelaki tersebut mundur beberapa langkah. Ia terkejut dan tidak mengetahui siapa gerangan perempuan di hadapannya. Ria menyodorkan buket bunga mawar dan coklat batang serta emas batangan secara bersamaan. Tadi Ria menyempatkan diri mampir ke toko untuk membeli itu semua.
Reynal tersenyum dengan sumringah begitu melihat emas batangan di tangan perempuan tersebut. Ia langsung memeluk Ria tanpa bertanya identitasnya. “Ngapain sih beliin emas mulu?” tanya Reynal dengan pura-pura kesal. Kebiasaan kakaknya yang seringkali memberinya emas batangan dalam suasana apapun. Tidak ada yang bisa memberinya emas batangan seperti Ria karena harganya yang sangat mahal. Ia tahu kakaknya banyak uang, jadi ia tidak heran jika Ria mudah saja memberinya itu.
“Biar jadi identitas aku. Penggemar kamu gak ada kan yang memberikan emas batangan selayaknya aku?” tanya Ria masih betah berada di pelukan sang adik. Reynal hanya membalas dengan kekehan dan makin mengeratkan pelukan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Woman
Genç Kız EdebiyatıRia Ananta. Ananta itu kepanjangan dari Anaknya Antara, papahnya Ria. Ia sengaja diberi nama itu untuk menutupi identitas aslinya yang merupakan anak seorang konglomerat kaya raya tujuh turunan. Padahal sudah terlihat jelas dari pembawaannya bak pu...