93: Call

190 32 0
                                    


Silakan pencet bintang dan berikan komentar sepuasnya!!! Saya senang sekali melihat respon kalian dari vote dan comment 💜

~~~~~

[Christian H.] : Selamat pagi, Boo. Lagi ngapain nih?
[Christian H.] : Boo

Begitu isi pesan yang dikirim Tian sampai puluhan kali. Ria yang sedang bekerja merasa geram dengan getaran ponselnya yang tiada henti.

[Ria A.] : bisa diem nggak? Brisik!

Tian senang mendapati pesannya terjawab. Ia buru-buru mengetik kembali pesan selanjutnya.

[Christian H.] : Booooo, kangen 😌

[Ria A.] : Y

Astaga, boo-nya tidak pernah berubah. Selalu jutek jika berbalas pesan. Tak menunggu waktu lama, Tian menghubungi Ria melalui panggilan video.

Ria menghirup nafas dalam-dalam, mengeluarkan secara perlahan. Belum cukup mengganggunya melalui pesan, lelaki tersebut malah meneleponnya. Tahu tabiat Tian yang tidak akan menyerah, Ria mengalah dan menjawab panggilan tersebut. Ia sudah menggunakan handsfree pada telinga kanannya, agar volume bicaranya tidak terlalu besar ketika berbicara.

"Selamat pagi, Ria-ku, cantikku," sapa Tian dengan sebutan yang menurut Ria menjijikan. Ia mengedikkan bahu merespon perkataan tersebut.

"Kamu lagi sibuk apa, boo?" tanya Tian lagi.

"Revisi."

"Hangout, yuk. Udah lama banget nggak ketemu," ajak Tian dengan puppy eyes-nya yang tidak mempan di Ria.

"Nggak. Aku sibuk," jawab Ria dengan ketus.

"Aku kemarin habis kunjungan ke kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif. Ketemu langsung sama Pak Menterinya, keren deh Ri, beliau," ujar Tian mulai bercerita. Lelaki tersebut sudah sangat rindu dengan Ria rupanya.

"Ngapain?" tanya Ria agar Tian terus bercerita.

Sementara Tian bercerita, tangan Ria tetap bergerak lincah pada keyboard di hadapannya. Ia harus mengejar revisi sebelum jam kerjanya berakhir, atau ia akan lembur di kantor.

"Hm," sahut Ria. Ia tidak begitu mendengarkan perkataan Tian, dan lelaki tersebut tahu. Tapi ia tetap memilih berbicara sambil memandangi wajah kekasihnya yang tengah fokus tersebut.

"Kamu revisian apa, Boo?" Tian beralih menanyakan kegiatan Ria.

"Anggaran direksi. Setelah ditahan semingguan lebih, baru disuruh revisi."

"Kamu nggak pulang-pulang ke Rajawali, ya? Aku kangen," kata Tian dengan merajuk.

"Nggak. Kayaknya aku mau pindah apartemen, deh," ungkap Ria begitu pembicaraan apartemen disinggung.

"Kemana?"
"Di dekat Pantai Mutiara, mungkin? Belum nemu yang pas nih."

"Kenapa? Bukannya Rajawali udah paling bagus fasilitasnya?" Benar, fasilitas Rajawali paling bagus sejauh Ria hunting apartemen.

"Udah jauh banget kalau pulang ke Rajawali. Mending cari apartemen sekitar sini. Beberapa hari yang lalu aku ke daerah Pantai Mutiara dan suka aja vibes di sana," ujar Ria masih dengan fokus pada berkas di hadapannya.

"Bukannya kamu masih tinggal sama Papah? Kenapa malah cari hunian baru?"

"Aku nggak punya apartemen sama sekali, dong. Rajawali mau aku kasih ke Bi Inah aja."

Tian tertawa mendengar perkataan tersebut. Seorang Ria Ananta tidak punya apartemen? Tidak mungkin!

"Kamu nggak punya apartemen? Mari aku sebutkan yang aku tahu. Kalibata you have two, Simprug Indah satu, Permata Hijau satu, di SCBD kamu punya dua kalau nggak salah."

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang