"Sakit." Terdengar suara lirihan yang cukup menyayat hati bagi yang mendengar. Tian menghampiri Ria dan berusaha menenangkannya.
"Iya sakit, mana yang sakit?"
"Kepala, hidung, tangan." Ria menjelaskan dengan perlahan karena ia masih belum memiliki tenaga yang banyak untuk berbicara.
"Sini aku pijit, ya." Tian memijat kepala Ria yang katanya sakit. Ia memijat dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Tenggorokan aku sakit banget." Ria menepuk-nepuk lehernya untuk menghilangkan sakit seperti tercekik. "Jangan dipukul Ri, kasian." Tian menghalau tangan Ria yang sibuk memukul lehernya.
"Tidur lagi, ya." Tian membujuk Ria untuk kembali memejamkan matanya. Saat ini masih pukul dua dini hari.
"Peluk," ujar Ria setengah merengek. Tian naik ke atas kasur dan berbaring di sampingnya, membawa Ria ke dalam dekapannya. Ria jika sedang sakit fisik akan manja sekali, berbeda dengan sakit jiwa yang sangat mengerikan.
Tian baru tiba di unit Ria pukul 12 malam. Ia dikabari oleh Randy bahwa Ria drop dan tidak ada yang bisa menemaninya saat ini selain Bi Sumi. Sementara Ria masih belum terlalu dekat dengannya.
Saat itu Tian sedang mendiskusikan lirik lagu GMC yang akan rilis bersama anggota yang lain. Tian ingin pamit duluan untuk pulang tapi tidak diizinkan karena tidak ada lagi jadwal mereka di lain hari untuk membahas ini. Harus diselesaikan hari itu juga. Agendanya baru selesai pukul sebelas malam dan ia baru bisa meninggalkan Monokrom menjelang tengah malam. GMC jika bekerja memang tak kenal waktu. Mereka dituntut untuk berproduksi dan berusaha memenuhi ekspektasi para penggemar terhadap karyanya.
Alasan Randy yang tidak bisa menemani Ria adalah ia harus pergi keluar kota untuk menemui koleganya yang akan melakukan perjanjian kerja sama dengan nilai fantastis. Randy ingin sekali membatalkan, tapi ia tak mungkin mengorbankan ratusan ribu atau bahkan jutaan karyawan yang dinaungi oleh perusahaan induk. Papahnya Ria memiliki agenda terbang ke US untuk mengurus cabang perusahaan di sana serta mengurus hal lainnya yang tak lain adalah Reno. Sementara Wira memilih kembali ke rumahnya karena ia tak terbiasa untuk menemani orang sakit.
"Papah dan Randy gak kesini?" tanya Ria sambil memejamkan mata. Ia sedang berusaha kembali tertidur tapi susah.
Tian bingung harus menjawab apa. Ia tidak tahu apakah dua lelaki itu mengunjungi Ria atau tidak. "Aku gak tau, Ri. Randy telpon aku untuk ke unit kamu karena kamu sakit. Nanti bisa tanya sama Bi Sumi, ya." Tian semakin mengeratkan pelukannya.
"Kenapa aku dikasih infus sama oksigen, sih? Kayak orang yang sekarat aja." Ria mengangkat tangan kirinya yang tertancap jarum infus. Keluarganya memang tidak mau ribet mengurusnya. Jika ada yang lebih mudah dengan pemberian alat tersebut, mengapa tidak?
Tian tidak menanggapi pertanyaan tersebut. Ia sudah setengah sadar karena jadwal kerjanya hari ini juga sangat padat dan tubuhnya sudah meminta untuk istirahat.
Ria yang tak mendengar jawaban dari Tian, menaikkan pandangannya ke wajah Tian yang berada di atas kepalanya. Terlihat Tian yang sudah memejamkan matanya dan sudah tidak mendengarkan perkataan Ria.
Ria menghela napas. Pikiran jahat tersebut mulai muncul lagi ketika tengah malam. Akhir-akhir ini ia merasa sangat gelisah entah apa penyebabnya. Berada di dekapan Tian tak membuatnya tenang begitu saja. Ria tahu bahwa ia ditinggalkan lagi oleh keluarganya untuk kesekian kalinya ketika sakit. Ria tak pernah mau dirawat di rumah sakit karena membawa kenangan buruk ketika ia seolah dibuang oleh Antara karena penyakit jiwanya. Lelah dengan berbagai pikiran yang berkecamuk, ia mengalah dengan tubuhnya sendiri dan pergi menuju alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Woman
ChickLitRia Ananta. Ananta itu kepanjangan dari Anaknya Antara, papahnya Ria. Ia sengaja diberi nama itu untuk menutupi identitas aslinya yang merupakan anak seorang konglomerat kaya raya tujuh turunan. Padahal sudah terlihat jelas dari pembawaannya bak pu...