34: Bucin

338 26 0
                                    

"Anggota boy grup yang santer dibicarakan, tertangkap kamera sedang melakukan kencan dengan salah seorang artis perempuan pendatang baru. Diketahui foto tersebut beredar beberapa hari yang lalu di salah satu restoran seafood terkemuka. Pihak agensi belum memberikan kabar lebih lanjut, tapi para penggemar yakin bahwa orang di foto tersebut adalah salah seorang GMC." Suara pembawa acara gosip di TV nasional memenuhi ruang keluarga di apartemen GMC yang satu gedung dengan Monokrom. Suasana berubah menjadi tegang karena berita mereka jarang sekali tampil di tv nasional terlebih perihal kabar kencan. 

Januar merasakan amarah Tian yang mulai naik ke permukaan. Ia tahu bahwa ini ulah agensi yang membiarkan berita ini beredar. Sudah banyak kabar mereka yang melakukan hal menyeleweng dan agensi bisa menutupi itu semua dengan uang. Jika sampai disiarkan di berita berarti agensi tidak berusaha untuk menutup mulut. Hal ini yang membuat Tian dan yang lain terpancing emosinya. 

"Yan, kepala dingin, ya. Kita coba positive thinking dengan agensi," ujar Januar menenangkan Tian yang terlihat mengepalkan tangan. 

Elang mendorong Tian pelan untuk menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa. Ia tahu betapa marahnya Tian saat ini. Mereka semua pun marah, karena Tian sudah jelas memiliki hubungan dengan Ria, gadis bak tuan putri yang mereka suka jika bersanding dengan seorang Christian. 

"Lo takut Ria marah?" tanya Julio begitu dirasa amarah Tian mulai mereda. Ia sebenarnya belum menemukan alasan yang membuat Tian harus marah dengan agensi. Ini resiko jika mereka terjun ke dunia hiburan, terlebih nama mereka sedang naik daun. 

"Itu foto gue dengan Ria. Beberapa hari yang lalu kami memang makan di Mensaw bareng Opung. Jelas gue marah, itu perempuan didiemin malah makin menjadi  halusinasinya! Kurang jelas apalagi coba, dia tuh nggak pantes lawan Ria dan berusaha menyingkirkan Ria dari sisi gue," ujar Tian dengan amarah yang kembali naik. 

"Apa harus gue pakai segala kekuatan yang gue punya untuk menghentikan itu perempuan?!" tanya Tian yang siap menggebrak meja di hadapannya tapi langsung ditahan oleh Januar yang berada di sisi kanannya. 

Januar menggelengkan kepala dan mendorong Tian untuk bersandar kembali pada punggung sofa. "Gak gitu cara mainnya, Tian. Coba kita pikir perlahan langkah apa yang harus kita ambil." 

****

"Kak, ini sudah keterlaluan, loh. Kenapa gak melakukan panggilan ke perempuan itu dan gue?" tanya Tian dengan tidak sabaran pada sang manajer di hadapannya. Ia memutuskan untuk melakukan protes langsung pada Delfi. 

Delfi hanya mengangkat kedua alisnya melihat sosok Tian di hadapannya yang sedang dikuasai amarah. Ia tidak akan bicara sebelum Tian duduk. 

"Kak!!!" teriak Tian melihat Delfi yang tak memberinya respon. 

"Duduk!" perintah Delfi. Tian mengikuti perkataan tersebut. 

"Apa? Kamu mau berbicara apa?" 

"Kenapa beritanya bisa sampai naik? Waktu itu aku jalan sama Ria dan beredar foto kita, Kakak langsung sidang aku. Kenapa yang sekarang enggak?!" tanya Tian dalam sekali tarikan napas. 

"Perempuan itu bukan Lita, kan? Dia Ria?" tanya Delfi dengan menjaga ketenangannya. 

"Iya."

"Terus yang dipermasalahkan apa? Aku sudah tahu kalau kamu dan Ria menjalin hubungan, jadi tidak perlu lagi diklarifikasi ke aku."

"Tapi, itu beritanya bukan aku dengan Ria. Tapi dengan Lita!" 

"Kamu mau mengekspos identitas Ria? Sudah siap dengan segala konsekuensinya? Ria bukan dari dunia kita, loh." Delfi menjelaskan pada Tian layaknya sang kakak memberi penjelasan pada adiknya. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang