11: Alot

464 31 0
                                    

"36 Milyar itu bukan nominal yang kecil, Ria. Yang masuk akal aja dong! Produknya juga belum tentu laku di pasaran meskipun telah menggunakan mereka sebagai Brand Ambassador!" balasan telak dari keuangan ketika Ria mengajukan usul untuk menggunakan GMC sebagai Brand Ambassador mereka.

"Jelas dari segi pemasaran ini terlalu riskan. Penggemar mereka itu tersebar di seluruh penjuru dunia, apakah dari pendistribusian sudah memikirkan efek dan dampaknya kalau penjualan hingga luar negeri? Terlebih pabriknya hanya satu dan terpusat di sini." Tambah lagi dari pemasaran. Beberapa anggota timnya juga tidak setuju jika Ria ingin menggunakan GMC sebagai sarana pengiklanan produk mereka.

"Coba Ri dipikirkan dulu, jangan impulsif. Saya tahu kamu ingin mengejar ketertinggalan, tapi dilihat dulu dari berbagai aspek. Target peluncuran pertama kita cuman satu juta pieces dan maksimal profit yang diambil cuman 8 Milyar. Terus perusahaan harus mengeluarkan uang hingga 36 Milyar hanya untuk pemasaran," ujar Ferdi, salah satu senior dalam timnya.

Meeting terus berlanjut dengan perdebatan yang sangat alot. Di tengah diskusi mereka, ikut hadir juga manajer produksi, pemasaran dan keuangan untuk membahas skema bisnis mereka.

Untuk sekelas anak baru seperti Ria, jelas peluncuran produk baru dengan satu juta pieces adalah proyek yang besar. Intrafood memiliki citra yang baik di sektor brand makanan ringan dan terkenal dengan keberlanjutannya. Mereka selalu memulai dari produksi sedikit untuk mencoba selera pasar dan akan memproduksi massal jika permintaannya tinggi.

Sudahlah anak baru dengan big project, minta untuk menggunakan jasa GMC dalam pemasaran dengan nominal yang sangat besar. Benar-benar anak Antara sesungguhnya yang tak takut mengambil risiko. Yakin saja dan jalani dulu. Tapi perusahaan tentu punya pertimbangannya tersendiri, tidak bisa asal menggelontorkan uang sebanyak itu.

Meeting berjalan sangat lama sekali. Anton sudah khawatir menunggu Ria yang tak kunjung keluar dari ruangan. Sudah lewat jam pulang kantor dan mendekati jadwal minum obatnya, jika sampai terlewat maka habis lah Anton.

Dddrrttt. Dddrrrttt.

"Kamu belum pulang juga sudah jam 6 sore?"

Antara meneleponnya. Habis lah ia.

"Belum, Pak. Nona Ria belum selesai rapatnya dari siang. Gak keluar ruangan sedikit pun," lapor Anton dengan sedikit lirih, bagaimana pun Antara sangat galak jika menyangkut anak-anaknya.

"Yaudah saya jemput sekalian beliin makanan untuk Ria. Ada berapa orang yang ikut rapat?"

"12 orang, Pak."

Tak berselang lama terdengar sedikit keributan dari ujung lorong arah lift. Muncul sosok Antara yang diikuti oleh beberapa orang yang sepertinya petinggi kantor ini mengikuti langkah Antara.

"Sudah, tidak perlu diikuti, saya ingin sidak mendadak. Intrafood ini bagaimana sih ritme kerjanya," perintah Tara pada mereka semua.

"Gue mau liat anak gue kerja aja susah amat," dumel Antara dalam hati. Ia hanya ingin melihat kondisi putrinya pasca pengobatan saja susah sekali akibat tak ada yang mengetahui jika Antara punya empat anak.

Begitu para petinggi tersebut pergi meninggalkannya berdua dengan Andre-pengawalnya, ia menghampiri Anton yang setia berdiri di depan ruangan menyambut kedatangannya.

"Nanti kamu saja yang bawa masuk. Obat Ria sudah kamu siapkan? Langsung kasih aja, kalau dia gak mau minum ancam saja bilang nanti saya mengaku sebagai papahnya."

Anton yang mendengar hal tersebut hanya bisa tersenyum. Tentu saja Ria pasti menuruti perkataannya, karena hal yang paling tidak diinginkannya di dunia ini adalah seluruh dunia tahu bahwa ia anak dari Antara Adiwira. Bencana baginya.

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang