40: Dorm GMC

332 31 0
                                    

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Tian begitu dokter pribadi GMC selesai melakukan pemeriksaan terhadap Ria yang sedang tidak sadarkan diri. 

"Saya duga Nona tertekan dan shock. Tangan kanannya terluka akibat memecahkan gelas dengan cara digenggam karena ada bekas pecahan gelas yang tersisa dan membuat darahnya terus mengalir. Sudah saya bersihkan." Dokter tersebut menjeda perkataannya untuk melihat apakah ada tanggapan dari Tian. 

"Lanjut, Dok," pinta Tian karena ia sudah mengerti dan belum ada yang ingin ditanyakan. 

"Lebam di lehernya belum dapat dipastikan karena apa. Saya duga karena dicekik oleh seseorang karena saya melihat bekas tangan seseorang dan tercium bau tembakau dari leher Nona."

"Astaga." Jimmy bereaksi setelah mendengar penjelasan dokter dan memejamkan matanya untuk meredakan kekesalan yang tiba-tiba hadir. Bisa-bisanya ada orang melakukan kekerasan terhadap Ria!

"Saya sarankan untuk tidak langsung bertanya ketika Nona siuman. Biarkan ia beradaptasi dulu dengan keadaannya dan jika sudah siap baru bisa diajak bicara. Kalian lebih paham seperti apa kesiapan Nona," saran dokter agar tidak langsung membuat Ria tertekan. 

Januar mengambil alih pembicaraan karena Tian sudah dibawa keluar dari kamar oleh Jimmy. "Baik, Dokter. Kami mengerti." 

"Silakan tebus resep di apotek terdekat. Jangan lupakan obat psikiatris Nona juga yang dikonsumsi rutin olehnya. Saya pamit, Jan. Dia perempuan tangguh." Dokter tersebut menepuk pundak Januar dan memberinya senyuman menenangkan. Januar mengantar dokter sampai di depan lift yang akan membawanya menuju basement

"Terima kasih, Dok," ucap Januar terakhir kali sebelum pintu lift benar-benar tertutup. 

Kejadian ini cukup mengguncang mereka yang stay di dorm. Waktu libur mereka dikejutkan dengan kehadiran Ria dalam kondisi kacau ditambah dengan dugaan tindak kekerasan. Mereka sudah terikat secara emosional walaupun jarang terlibat obrolan serius. Karena Ria adalah orang penting bagi Tian, maka hal tersebut cukup menjadi alasan bahwa Ria orang penting bagi mereka juga. 

Dua jam tanpa ada tanda-tanda bahwa Ria akan segera siuman. Januar, Septa dan Jimmy sudah melanjutkan aktivitas masing-masing dan tidak ikut menunggu lagi di ruang keluarga. Ada yang kembali ke ruang kerja untuk meneruskan proses pembuatan lagu, ada yang pergi keluar untuk bertemu dengan temannya dan ada yang memilih tidur kembali. Waktu luang seperti ini memang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin karena mereka jarang sekali memilikinya. 

Tian sudah mencoba menghubungi Anton dan bertanya terkait keadaan Ria. Tapi pengawal tersebut tidak mau menjelaskan karena ia juga tidak begitu tahu apa yang terjadi dengan nonanya. Satu yang pasti, Anton sedang menyiapkan segalanya untuk dimasukkan pada laporan kepolisian. Ia tinggal menunggu perintah selanjutnya apakah akan membawa kejadian ini pada jalur hukum atau tidak. Semua orang sedang menunggu Ria sadar. 

Sampai lewat tengah malam, Ria tak kunjung siuman. Seharusnya Tian sudah hafal bahwa Ria malas sekali untuk siuman jika sudah pingsan. Sudah sering ia menunggu Ria sadar dalam kondisi apapun dan pasti perempuan tersebut akan bangun dalam durasi yang lama. Daripada menunggu yang tidak pasti, lebih baik ia ikut berbaring dan memejamkan mata di samping ranjangnya yang kosong. Jiwanya lelah karena terus bertanya alasan perempuannya menjadi sekacau ini. 

****

"Good morning, Christian," ucap Ria ketika melihat Tian perlahan menggerakkan kelopak matanya. Ria sudah bangun dari 30 menit yang lalu dan memilih untuk memandangi lelaki di sampingnya yang tampak asik sekali dalam mimpinya. 

Tian tidak langsung membuka mata karena ia merasa masih terlalu pagi untuk menjalani hari. "Morning," balas Tian tanpa membuka mata dan terlihat kembali tenggelam dalam tidurnya. 

Crazy WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang